Thursday, August 6, 2020

Soe Hok Gie

Catatan Seorang Demonstran


Penerbit : LP3ES, 2012
Tebal : 385 halaman


Soe Hok Gie adalah cendekiawan yang ulung terhadap ide, pemikiran. Dia juga merupakan intelektual yang bebas dengan konsekuensi menjadi pejuang yang selalu sendirian. Sehingga terkesan dia sebagai sosok yang dingin, angkuh dan gemar membaca.

Adalah kebiasaan Gie menulis dengan membuat catatan harian, bahkan sehari 2x, yaitu di pagi hari dan malam hari.

Catatan tahun 1961, saat Gie menjadi maba (mahasiswa baru) dia mencatat bahwa ospek dengan konsep perploncoan mempunyai dampak positif dan negatif. Misalnya anak orang kaya atau anak yang manja terkadang sebagian tidak dewasa dalam pemikiran. Dengan perploncoan ini anak mau tidak mau dipaksa menjadi dewasa, dimana dia harus berani dan sadar melepas diri dari pelindungnya, yaitu orang tuanya.

Sikap Gie terhadap dunia adalah dia yakin bahwa manusia bisa berubah dan perang akan tiada lagi, karena Gie memang sosok yang benci perang agar supaya bisa hidup bebas.

Gie berpendapat bahwa diri kita adalah pion bagi diri kita sendiri, kita juga adalah arsitek akan nasib kita sendiri.

Catatan tahun 1962, seseorang hanya dapat hidup selama amsih punya harapan. Hal ini dia catat dari Prod. Beerling.

Catatan harian mulai menarik saat memasuki bab Catatan Seorang Demonstran. Dimana saat itu kondisi agak memanas. Kenaikan harga bus dari Rp 200 menjadi Rp 1000. Harga bensin dinaikkan dari harga Rp 4 menjadi Rp 250. Jika rakyat terlalu melarat, maka secara natural mereka akan bergerak sendiri, dan jika itu terjadi dapat terjadi chaos. Jadi lebih baik mahasiswa yang bergerak.

Mahasiswa yang bergerak saat itu mempunya kesamaan yaitu kacamata kejujuran dan moral. Bahkan mereka tidak sempat mempunyai pacar, karena jika mereka tidak menemui wanita yang ideal, maka pacar dapat menjadi candu.

Pernah di suatu kondisi para mahasiswa dalam kondisi rapat yang tegang, namun berkat sepucuku surat dari Bung Tomo, suasana bisa kembali cair disambut dengan tepuk tangan yang gemuruh. Itulah kekuatan tulisan.

Hal ini bisa menjadi teladan bagi kita, semisal kita bukan ahli politik yang tidak mampu berbicara taktis, maka tuangkanlah ide dan pemikiranmu ke dalam tulisan.

Kekuatan para mahasiswa ini mengingatkan pada ucapan bung Karno yang pernah mengatakan : Dengan 10 pemuda seperti itulah aku sanggup menjebol dan memindahkan gunung Kinibalu".

Sayang kiprah Gie berakhir di umur 27 tahun, dimana dia meninggal karena menghisap gas beracun saat mendaki gunung Semeru.

#sinopsisbuku
#resensibuku
#potretbuku

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts