Teladan Perjuangan, Kepemimpinan dan Kesederhanaan
Oleh : Anom Whani Wicaksana
Penerbit : C-Klik Media, 2020
Tebal : 141 halaman
Oemar Said dilahirkan di desa Bakur, Sawahan, Madiun pada tanggal 16 Agustus 1882, di tahun tersebut bertepatan saat Gunung Krakatau meletus. Beliau cukup cerdas sehingga diterima di OSVIA atau Opleadings School Voor Inlandsche Ambtenaaren yang berlokasi di Magelang.
Tahun 1902, setelah lulus dari OSVIA, Oemar Said bekerja sebagai juru tulis di Ngawi.
Tahun 1907, Oemar Said pindah ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan di Burgerlijke Avond School (B.A.S) mengambil jurusan Mesin di malam hari sambil bekerja paruh waktu di firma Kooy & Co.
Tahun 1911, Oemar Said bekerja sebagai masinis kereta api. Dan juga sempat bekerja sebagai ahli kimia di pabrik gula Rogojampi.
Tjokroaminoto menguasi bahasa Jawa, Belanda, Melayu dan Inggris. Beliau menghabisi lawan bicaranya dengan kelembutan dalam bahasa Jawa namun memiliki maksud dan isi yang tidak kalah menohok.
Di Surabaya, Tjokroaminoto menjadi ketua perkumpulan Panti Harsoyo, lalu membentuk organisasi keamanan yang bernama Talang Pati. Lalu dari sana berkenalan dengan pengurus Sarekat Dagang Islam.
Kemudian Tjokroaminoto menjadi anggota Sarekat Dagang Islam dan kemudian menjadi ketua cabang di Surabaya.
Berbeda dengan Boedi Oetomo sebagai pergerakan kebangsaan elitis dan khusus orang Jawa, sedangkan Sarekat Islam memiliki anggota dari seluruh Nusantara dengan meniadakan hierarki Jawa-Belanda atau bangsawan-rakyat. Tjokroaminoto menuntut persamaan derajat dengan berani duduk di kursi tanpa menundukkan muka ke bawah atau bahkan duduk dengan meletakkan sebelah kaki di atas kaki lainnya.
Sarekat Dagang Islam berdiri di Surakarta oleh Haji Samanhoedi yang bermula dari organisasi keamanan bernama Rekso Rumekso.
Tahun 1912, Tjokroaminoto merubah nama Sarekat Dagang Islam menjadi Dagang Islam.
Tahun 1913, diadakan Kongres I Sarekat Islam di Surakarta.
Tahun 1914, diadakan Kongres II Sarekat Islam di Yogyakarta.
Tahun 1929, setelah berubah menjadi PSI (Partai Sarekat Islam) kemudian berubah lagi menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia).
Keluarga Tjokroaminoto tinggal di sebuah rumah dekat Jembatan Peneleh, yaitu di Gang Peneleh VIII. Sebagian lahan rumah dibuka kamar kost. Jumlah pelajar yang kost disana sejumlah 20 orang dengan biaya 11 rupiah.
Beberapa anak kost diantaranya Soekarno, Kartosoewirjo, Sampoerno, Abikoesno Tjokrosoejoso, Alimin dan Moeso.
Bagi Soekarno, Tjokroaminoto merupakan bapak asuh, guru, mertua sekaligus lawan sebanding terutama saat Soekarno menjadi pemimpin dalam PNI (Partai Nasional Indonesia).
Selain Soekarno, anak kost lainnya juga menjadi tokoh di masa itu, yaitu Semaoen, Alimin dan Moeso menjadi tokoh PKI (Partai Komunis Indonesia), Kartosoewirjo menjadi pemimpin DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia).
Pola kepemimpinan profetik ala Tjokroaminoto adalah 3 prinsip sosialisme, yaitu kemerdekaan (vrijheid / liberty), persamaan (gelijkheid / equality) dan persaudaraan (broederschap / fraternity). Wasiat beliau juga ada 3 yaitu pengendalian nafsu, perkembangan kecerdasan dan kehidupan suci bersih.
Tjokroaminoto mempunyai gelar kebangsawanan yaitu Raden Mas Oemar Said Tjokroaminoto lalu setelah naik haji menjadi Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau disingkat menjadi H.O.S Tjokroaminoto.
H.O.S Tjokroaminoto dikenal sebagai "De Ongekroonde van Java" yang artinya adalah Raja Jawa Tanpa Mahkota.
Pada tahun 1934, H.O.S Tjokroaminoto meninggal dunia dan dimakamkan di Kuncen, Yogyakarta.