Wednesday, March 26, 2025

Jelajah Jawadwipa

 


Oleh : National Geograhic

Penerbit : Kompas Gramedia, Desember 2013

Tebal : 13 halaman


Candi Kalasan dan Candi Ratu Baka.

Jejak Sejarah Agama dan Kekuasaan di Tanah Jawa.

Sejarah peradaban Nusantara menyimpan banyak jejak kebesaran kerajaan-kerajaan masa lampau, terutama yang berkaitan dengan agama dan kekuasaan. Dua situs penting yang menjadi bukti perkembangan agama Buddha dan Hindu di Jawa adalah Candi Kalasan dan Candi Ratu Baka. Keberadaan kedua candi ini dikaitkan dengan dua prasasti penting, yaitu Prasasti Kalasan (778 Masehi) dan Prasasti Abhayagiri Wihara (792 Masehi), yang mencatat peran raja-raja Mataram Kuno dalam pembangunan tempat ibadah serta penyebaran agama Buddha dan Hindu.


Candi Kalasan dan Prasasti Kalasan (778 Masehi).

Titah Rakai Panangkaran untuk Dewi Tara.

Candi Kalasan terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan merupakan salah satu candi Buddha tertua di Jawa. Candi ini didirikan pada masa pemerintahan Maharaja Tejapurnapana Panangkaran, atau yang lebih dikenal sebagai Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra. Keberadaan candi ini dikonfirmasi oleh Prasasti Kalasan, yang bertarikh 778 Masehi, ditulis dalam aksara Pranagari dan berbahasa Sanskerta.

Dalam prasasti ini disebutkan bahwa Rakai Panangkaran membangun sebuah wihara yang didedikasikan untuk Dewi Tara, salah satu bodhisattva penting dalam ajaran Buddha Mahayana. Titah ini muncul setelah penganut Buddha Mahayana, yang kemungkinan besar berasal dari Wangsa Sailendra, mengajukan permohonan kepada raja untuk membangun tempat pemujaan. Sebagai bentuk penghormatan, raja pun merestui pembangunan candi yang megah serta wihara bagi para biksu.

Candi Kalasan memiliki arsitektur khas Buddha dengan ornamen yang kaya akan seni ukir. Salah satu ciri khasnya adalah keberadaan vajralepa, semacam lapisan pelindung yang digunakan untuk melapisi bagian luar candi. Hal ini menunjukkan kemajuan teknologi bangunan pada masa itu. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Kalasan juga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha di kawasan Mataram Kuno.


Candi Ratu Baka dan Prasasti Abhayagiri Wihara (792 Masehi). 

Warisan Rakai Pikatan.

Candi Ratu Baka, atau yang lebih sering disebut Kraton Ratu Baka, merupakan kompleks reruntuhan yang terletak di perbukitan sebelah selatan Prambanan, Yogyakarta. Berbeda dengan candi lainnya, kompleks ini lebih menyerupai sisa-sisa sebuah istana atau pusat pemerintahan daripada tempat ibadah.

Keberadaan Candi Ratu Baka dikaitkan dengan Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 Masehi. Prasasti ini menyebutkan bahwa raja yang memerintah saat itu adalah Rakai Pikatan, seorang penguasa dari Wangsa Sanjaya yang kelak berperan besar dalam kebangkitan agama Hindu di Jawa. Dalam prasasti ini, disebutkan bahwa di atas perbukitan didirikan sebuah wihara bernama Abhayagiri, yang berarti “biara di bukit tanpa ketakutan.” Tempat ini kemungkinan besar berfungsi sebagai pusat meditasi dan pembelajaran bagi para biksu Buddha Mahayana.

Candi Ratu Baka memiliki beberapa bangunan penting, seperti gapura besar, pendopo, candi kecil, dan sumur suci, yang menunjukkan fungsinya sebagai kompleks kerajaan. Meskipun banyak yang percaya bahwa tempat ini adalah istana raja, ada juga teori yang menyatakan bahwa ini adalah tempat pertapaan bagi raja atau kaum bangsawan yang ingin menjalani kehidupan spiritual.


Peran Rakai Panangkaran dan Rakai Pikatan dalam Sejarah Mataram Kuno.

Keberadaan Prasasti Kalasan dan Prasasti Abhayagiri Wihara mencerminkan persaingan serta kerja sama antara dua dinasti besar di Jawa kala itu: Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa. Rakai Panangkaran, meskipun berasal dari Wangsa Sanjaya, dikenal sebagai raja yang bersikap toleran terhadap penganut Buddha. Ia bahkan memberikan izin pembangunan Candi Kalasan sebagai penghormatan terhadap ajaran Buddha.

Sementara itu, Rakai Pikatan, yang berasal dari Wangsa Sanjaya, kemudian menikahi Pramodhawardhani dari Wangsa Sailendra. Perkawinan politik ini berperan dalam menyatukan kedua wangsa dan mengubah dominasi agama di Jawa, dari yang semula dikuasai Buddha Mahayana menjadi Hindu Siwa. Di bawah pemerintahannya, terjadi kebangkitan Hindu, yang ditandai dengan pembangunan Candi Prambanan.


Candi Kalasan dan Candi Ratu Baka merupakan bukti penting dari sejarah agama dan politik di Jawa pada abad ke-8 Masehi. Prasasti Kalasan menegaskan peran Rakai Panangkaran dalam mendukung perkembangan Buddha Mahayana, sementara Prasasti Abhayagiri Wihara mencatat pengaruh Rakai Pikatan dalam membangun pusat spiritual di Ratu Baka. Kedua situs ini mencerminkan toleransi serta interaksi antara agama Buddha dan Hindu di Jawa kuno, sekaligus menjadi jejak kejayaan peradaban Mataram Kuno.

Wednesday, March 19, 2025

Parker Pyne Investigates

Oleh : Agatha Christie

Penerbit : Yayasan Karya Bhakti, 1977

Tebal : 231 halaman


Parker Pyne Investigates adalah kumpulan cerita pendek karya Agatha Christie yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1934. Buku ini memperkenalkan karakter Mr. Parker Pyne, seorang pensiunan pegawai negeri yang beralih profesi menjadi konsultan kebahagiaan. Dengan iklan sederhana di surat kabar—"Apakah Anda bahagia? Jika tidak, hubungi Parker Pyne"—ia menawarkan jasanya untuk menyelesaikan berbagai masalah emosional dan kehidupan kliennya, mulai dari kebosanan dalam pernikahan hingga ancaman kejahatan.

Buku ini terdiri dari dua bagian utama. Bagian pertama berfokus pada kasus-kasus yang ditangani Parker Pyne di London. Ia menggunakan keahlian psikologi dan pengamatan tajam terhadap sifat manusia untuk membantu kliennya. 

Beberapa cerita yang menarik dalam bagian ini adalah The Case of the Discontented Soldier, di mana seorang mantan perwira merasa hidupnya membosankan hingga Parker Pyne merancang petualangan yang mengubah hidupnya. Ada juga The Case of the Rich Woman, yang mengisahkan seorang wanita kaya yang tidak bahagia meskipun memiliki segalanya, dan Parker Pyne menemukan solusi unik untuknya.

Bagian kedua dari buku ini membawa Parker Pyne dalam perjalanan ke Timur Tengah, di mana ia tanpa sengaja terlibat dalam berbagai kasus kriminal dan misteri. Salah satu cerita paling terkenal dalam bagian ini adalah The House at Shiraz, yang berlatar di Persia dan mengisahkan penyelamatan seorang wanita yang diduga telah meninggal. 

Ada pula Death on the Nile, yang bukan bagian dari novel terkenal dengan judul yang sama, tetapi merupakan kisah pendek tentang seorang wanita yang mengalami pengalaman aneh di kapal pesiar di Sungai Nil.

Gaya penyelesaian kasus Parker Pyne berbeda dari detektif khas Agatha Christie seperti Hercule Poirot atau Miss Marple. Alih-alih mengandalkan bukti fisik, ia lebih menekankan pemahaman mendalam tentang kepribadian dan motivasi manusia. Dengan pendekatan unik ini, Parker Pyne Investigates menawarkan sesuatu yang segar bagi para penggemar misteri, sekaligus memperlihatkan sisi lain dari kepiawaian Agatha Christie dalam menciptakan karakter dan alur cerita yang menarik.

Wednesday, March 12, 2025

Sutta Pitaka Digha Nikaya

Sutta Pitaka Digha Nikaya merupakan salah satu bagian dari Sutta Pitaka, yang termasuk dalam Tipitaka atau Tripitaka, kumpulan teks suci dalam ajaran Buddhisme Theravāda. Digha Nikaya sendiri berarti "Kumpulan Khotbah Panjang" dan berisi 34 sutta atau khotbah yang disampaikan oleh Buddha Gautama. Dalam kumpulan ini, Buddha mengajarkan berbagai aspek ajaran moralitas, meditasi, kebijaksanaan, serta berdialog dengan berbagai kelompok masyarakat pada zamannya.

Bagian pertama dari Digha Nikaya disebut Sīlakkhandhavagga, yang menekankan aspek moralitas atau sīla. Salah satu sutta yang terkenal dalam bagian ini adalah Brahmajala Sutta atau Khotbah Jaring Brahma, di mana Buddha menguraikan berbagai pandangan filosofis yang berkembang saat itu dan menunjukkan bagaimana ajarannya melampaui semua konsep yang ada. 

Ada pula Samaññaphala Sutta, yang mengisahkan percakapan antara Raja Ajatasattu dan Buddha tentang manfaat menjadi seorang pertapa, serta bagaimana praktik moralitas dan meditasi membawa seseorang pada kebebasan sejati.

Bagian kedua, yang disebut Mahāvagga, berisi sutta-sutta yang lebih panjang dan mendalam mengenai ajaran Buddha, termasuk kisah kehidupannya. Salah satu sutta terpenting dalam bagian ini adalah Mahāparinibbāna Sutta, yang mengisahkan hari-hari terakhir Buddha sebelum mencapai parinirvana, serta ajaran terakhir yang beliau sampaikan kepada murid-muridnya. 

Selain itu, ada Mahāsatipaṭṭhāna Sutta, yang secara rinci menjelaskan praktik Satipaṭṭhāna, atau kesadaran penuh, yang merupakan metode utama untuk mencapai pencerahan.

Bagian terakhir, Pāṭikavagga, membahas berbagai kepercayaan, mitologi, serta dialog antara Buddha dengan berbagai kelompok masyarakat. Salah satu sutta yang penting dalam bagian ini adalah Sigālovāda Sutta, yang berisi nasihat Buddha kepada seorang pemuda bernama Sigāla tentang prinsip moralitas dan etika sosial, termasuk bagaimana seseorang harus memperlakukan orang tua, guru, pasangan, dan masyarakat sekitarnya. 

Sementara itu, Pāṭika Sutta membahas klaim mengenai kekuatan supranatural dan menekankan bahwa pencapaian spiritual sejati tidak bergantung pada mukjizat, melainkan pada disiplin, praktik, dan kebijaksanaan sejati.

Secara keseluruhan, Digha Nikaya memiliki nilai yang sangat penting dalam Buddhisme karena tidak hanya memberikan wawasan mendalam tentang pemikiran dan metode pengajaran Buddha, tetapi juga mengajarkan prinsip-prinsip universal tentang moralitas, meditasi, dan kebijaksanaan. 

Ajaran yang terkandung dalam teks ini relevan tidak hanya bagi para bhikkhu dan praktisi Buddhis, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin memahami filsafat hidup yang lebih dalam. Buku ini menekankan bahwa kehidupan yang baik harus berlandaskan pada moralitas yang kuat (sīla), pengembangan kesadaran melalui meditasi (samādhi), serta kebijaksanaan (paññā) yang membawa pada pemahaman sejati tentang realitas. 

Dengan demikian, Digha Nikaya menjadi salah satu teks klasik yang memiliki dampak besar dalam perkembangan spiritual dan intelektual umat Buddha di seluruh dunia.

Wednesday, March 5, 2025

The Nanny Diaries

Oleh : Emma McLaughlin dan Nicola Kraus

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2008

Tebal : 406 halaman


The Nanny Diaries adalah novel yang ditulis oleh Emma McLaughlin dan Nicola Kraus, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2002. Novel ini mengisahkan pengalaman seorang pengasuh anak (nanny) di lingkungan elit New York, yang dipenuhi dengan intrik sosial, kehidupan glamor, dan kesenjangan kelas. Kisahnya didasarkan pada pengalaman nyata para penulis yang pernah bekerja sebagai nanny untuk keluarga kaya di Manhattan.

Tokoh utama dalam novel ini adalah Anny, seorang mahasiswi cerdas yang tinggal di New York dan mencari pekerjaan sambilan untuk membiayai pendidikannya. Ia akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai pengasuh anak laki-laki berusia empat tahun bernama Grayer X, yang berasal dari keluarga kaya di Upper East Side, Manhattan.

Orang tua Grayer, Tuan dan Nyonya X, adalah pasangan sosialita kelas atas yang sangat sibuk dengan urusan bisnis dan kehidupan sosial mereka, hingga hampir tidak memperhatikan anak mereka sendiri. Nanny bertugas mengurus Grayer, mulai dari mengantarnya ke sekolah, membantunya dalam kegiatan sehari-hari, hingga menjadi sosok ibu pengganti yang memberikan kasih sayang.

Namun, bekerja untuk keluarga X bukanlah hal yang mudah. Nyonya X adalah wanita yang dingin, perfeksionis, dan sering kali memperlakukan Nanny dengan kasar dan semena-mena. Ia menetapkan aturan-aturan ketat dan sering kali berubah-ubah sesuai dengan mood-nya. Sementara itu, Tuan X adalah sosok ayah yang hampir tidak pernah hadir dan terlibat dalam kehidupan Grayer.

Di tengah tekanan pekerjaannya, Nanny juga harus menghadapi berbagai tantangan pribadi, termasuk hubungannya dengan keluarganya sendiri dan romansa dengan seorang pria tampan yang ia juluki Harvard Hottie.

Seiring waktu, Nanny mulai merasa semakin frustrasi dengan perlakuan buruk dari Nyonya X dan betapa tidak adilnya kehidupan bagi orang-orang seperti dirinya yang harus bekerja keras untuk melayani orang-orang kaya. Ia juga semakin dekat dengan Grayer dan menyadari betapa anak itu sangat kesepian dan merindukan kasih sayang orang tuanya.

Puncak konflik terjadi ketika Tuan X terlibat dalam skandal perselingkuhan, dan Nyonya X semakin memperketat kontrolnya terhadap kehidupan rumah tangga mereka. Nanny akhirnya tidak tahan lagi dengan perlakuan yang ia terima dan memilih untuk mengundurkan diri. Namun, keputusannya itu sangat berat karena ia harus meninggalkan Grayer, anak yang sudah sangat ia sayangi.

Novel ini menggambarkan dengan tajam kesenjangan sosial antara kelas pekerja dan kelas atas, serta bagaimana orang-orang kaya sering kali mengabaikan tanggung jawab emosional mereka terhadap anak-anak mereka sendiri. Melalui sudut pandang Nanny, pembaca diajak untuk melihat realitas dunia pengasuhan anak dalam keluarga kaya yang tidak selalu seindah yang terlihat dari luar.

Di sisi lain, The Nanny Diaries juga menyoroti pentingnya kasih sayang dan perhatian dalam membesarkan anak, sesuatu yang sering kali tidak bisa digantikan dengan uang atau fasilitas mewah.

The Nanny Diaries adalah novel yang penuh dengan sindiran sosial, humor, serta kritik terhadap gaya hidup masyarakat kelas atas. Dengan gaya penulisan yang mengalir dan menghibur, novel ini tidak hanya menyajikan cerita yang menarik, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang realitas sosial yang sering kali tersembunyi di balik kehidupan glamor kota besar.

Featured Post

Batavia

Related Posts