Oleh : National Geograhic
Penerbit : Kompas Gramedia, Desember 2013
Tebal : 13 halaman
Candi Kalasan dan Candi Ratu Baka.
Jejak Sejarah Agama dan Kekuasaan di Tanah Jawa.
Sejarah peradaban Nusantara menyimpan banyak jejak kebesaran kerajaan-kerajaan masa lampau, terutama yang berkaitan dengan agama dan kekuasaan. Dua situs penting yang menjadi bukti perkembangan agama Buddha dan Hindu di Jawa adalah Candi Kalasan dan Candi Ratu Baka. Keberadaan kedua candi ini dikaitkan dengan dua prasasti penting, yaitu Prasasti Kalasan (778 Masehi) dan Prasasti Abhayagiri Wihara (792 Masehi), yang mencatat peran raja-raja Mataram Kuno dalam pembangunan tempat ibadah serta penyebaran agama Buddha dan Hindu.
Candi Kalasan dan Prasasti Kalasan (778 Masehi).
Titah Rakai Panangkaran untuk Dewi Tara.
Candi Kalasan terletak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, dan merupakan salah satu candi Buddha tertua di Jawa. Candi ini didirikan pada masa pemerintahan Maharaja Tejapurnapana Panangkaran, atau yang lebih dikenal sebagai Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra. Keberadaan candi ini dikonfirmasi oleh Prasasti Kalasan, yang bertarikh 778 Masehi, ditulis dalam aksara Pranagari dan berbahasa Sanskerta.
Dalam prasasti ini disebutkan bahwa Rakai Panangkaran membangun sebuah wihara yang didedikasikan untuk Dewi Tara, salah satu bodhisattva penting dalam ajaran Buddha Mahayana. Titah ini muncul setelah penganut Buddha Mahayana, yang kemungkinan besar berasal dari Wangsa Sailendra, mengajukan permohonan kepada raja untuk membangun tempat pemujaan. Sebagai bentuk penghormatan, raja pun merestui pembangunan candi yang megah serta wihara bagi para biksu.
Candi Kalasan memiliki arsitektur khas Buddha dengan ornamen yang kaya akan seni ukir. Salah satu ciri khasnya adalah keberadaan vajralepa, semacam lapisan pelindung yang digunakan untuk melapisi bagian luar candi. Hal ini menunjukkan kemajuan teknologi bangunan pada masa itu. Selain sebagai tempat ibadah, Candi Kalasan juga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha di kawasan Mataram Kuno.
Candi Ratu Baka dan Prasasti Abhayagiri Wihara (792 Masehi).
Warisan Rakai Pikatan.
Candi Ratu Baka, atau yang lebih sering disebut Kraton Ratu Baka, merupakan kompleks reruntuhan yang terletak di perbukitan sebelah selatan Prambanan, Yogyakarta. Berbeda dengan candi lainnya, kompleks ini lebih menyerupai sisa-sisa sebuah istana atau pusat pemerintahan daripada tempat ibadah.
Keberadaan Candi Ratu Baka dikaitkan dengan Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 Masehi. Prasasti ini menyebutkan bahwa raja yang memerintah saat itu adalah Rakai Pikatan, seorang penguasa dari Wangsa Sanjaya yang kelak berperan besar dalam kebangkitan agama Hindu di Jawa. Dalam prasasti ini, disebutkan bahwa di atas perbukitan didirikan sebuah wihara bernama Abhayagiri, yang berarti “biara di bukit tanpa ketakutan.” Tempat ini kemungkinan besar berfungsi sebagai pusat meditasi dan pembelajaran bagi para biksu Buddha Mahayana.
Candi Ratu Baka memiliki beberapa bangunan penting, seperti gapura besar, pendopo, candi kecil, dan sumur suci, yang menunjukkan fungsinya sebagai kompleks kerajaan. Meskipun banyak yang percaya bahwa tempat ini adalah istana raja, ada juga teori yang menyatakan bahwa ini adalah tempat pertapaan bagi raja atau kaum bangsawan yang ingin menjalani kehidupan spiritual.
Peran Rakai Panangkaran dan Rakai Pikatan dalam Sejarah Mataram Kuno.
Keberadaan Prasasti Kalasan dan Prasasti Abhayagiri Wihara mencerminkan persaingan serta kerja sama antara dua dinasti besar di Jawa kala itu: Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa. Rakai Panangkaran, meskipun berasal dari Wangsa Sanjaya, dikenal sebagai raja yang bersikap toleran terhadap penganut Buddha. Ia bahkan memberikan izin pembangunan Candi Kalasan sebagai penghormatan terhadap ajaran Buddha.
Sementara itu, Rakai Pikatan, yang berasal dari Wangsa Sanjaya, kemudian menikahi Pramodhawardhani dari Wangsa Sailendra. Perkawinan politik ini berperan dalam menyatukan kedua wangsa dan mengubah dominasi agama di Jawa, dari yang semula dikuasai Buddha Mahayana menjadi Hindu Siwa. Di bawah pemerintahannya, terjadi kebangkitan Hindu, yang ditandai dengan pembangunan Candi Prambanan.
Candi Kalasan dan Candi Ratu Baka merupakan bukti penting dari sejarah agama dan politik di Jawa pada abad ke-8 Masehi. Prasasti Kalasan menegaskan peran Rakai Panangkaran dalam mendukung perkembangan Buddha Mahayana, sementara Prasasti Abhayagiri Wihara mencatat pengaruh Rakai Pikatan dalam membangun pusat spiritual di Ratu Baka. Kedua situs ini mencerminkan toleransi serta interaksi antara agama Buddha dan Hindu di Jawa kuno, sekaligus menjadi jejak kejayaan peradaban Mataram Kuno.
No comments:
Post a Comment