Wednesday, August 31, 2022

Manunggaling Kawula Gusti

Pantheisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa

Oleh : P.J. Zoetmulder

Penerbit : PT Gramedia, 1990

Tebal : 456 halaman

Pengetahuan yang ada dalam kehidupan digunakan untuk memahami diri sendiri dalam mencari kebenaran tentang hidup dan kematian dan dalam mencari serta menemukan Tuhan. Tidak hanya sekedar hubungan antara manusia dan Tuhan, namun hubungan antara aku dan Tuhan.

Manunggaling kawula gusti adalah salah satu ajaran atau kepercayaan dalam Kejawen yang bermakna menyatunya makhluk, orang biasa (kawula) dengan ratu (raja), dalam menghadap sang pencipta. Gagasan utamanya adalah bahwa manusia dan alam semesta berada dalam kesatuan ilahiah. Ajaran ini tidak terlepas dari dorongan dalam filsafat Jawa untuk menemukan kesempurnaan dalam hidup.

Hal ini merupakan dasar terdalam untuk menemukan adanya segala sesuatu yang merupakan hakikat filsafat "scientia rerum per causas ultimas".

Ada ajaran Pantheisme yaitu adalah ajaran bahwa Tuhan dan dunia tidak merupakan 2 hakikat yang sungguh terpisah, bahwa segalanya itu Tuhan, Tuhan dan dunia manunggal.

Dalam mistik para sufi kita bisa menelaah pantheisme dalam Islam. Dimana perkembangan sufi merupakan reaksi dari semangat religius Aria terhadap pandangan dunia Semit. Ide besar dan baru tahun 850 masuk ke dalam Islam di Iran mengenai Ketunggalan hakikat dari dunia nyata.

Sekitar tahun 850 banyak para sufi yang menelaah ucapan-ucapan dari al-Hallaj dan al-Bustami. Sukar ungkapan puitis tentang pengalaman mistis ditangkap secara harfiah dengan menggunakan bahasa yang sangat emosional.

Menurut pandangan al-Hallaj, penyatuan antara Allah dan manusia memang sangat mesra, tapi kedua belah pihak tidak menjadi identik sama.

Ajaran wahdah al-wujud sendiri diusung oleh Ibnu Arabi di mana sebelumnya masing-masing dari al-Bistami dan al-Hallaj juga mengajukan ajaran yang mirip dengan wahdah al-wujud. Al-Bistami mempelopori ajaran ittihad, sedang al-Hallaj mengajukan ajaran hulul.

Ucapan dan ungkapan dari al-Gazali juga termasuk, namun perlu dicatat bahwa beliau bukan lah seorang pantheisme. Sepintas kilas kelihatan berbau pantheisme, namun sebenarnya termasuk ajaran monotheis orthodoks. Yang disajikan oleh beliau merupakan pandangan filsafat yang murni dan konsekuen mengenai ada, serasi dengan suatu pandangan hidup theis.

Manunggaling Kawula Gusti ini rupanya dicetuskan pertama kali oleh seorang tokoh yang dianggap sufi asal Persia yang dikenal dengan julukan Syekh Siti Jenar atau juga dikenal dengan nama Syeh Lemah Abang. Ajaran beliau ini cukup dikenal di kalangan masyarakat Jawa, khususnya raja-raja Jawa yang telah memeluk agama Islam pada saat itu.

Tulisan Islam yang paling kuno membahas ex profeso yang dijadikan bahan penelitian serius adalah Kitab Bonang. Dalam kitab tersebut kita tidak menjumpai monisme akosmistis dan pantheisme. Pemisahan antara Tuhan dan manusia tetap terpelihara. Hubungan diantara keduanya dipandang sebagai suatu pengalaman mistik.

Dalam sastra Jawa, dipaparkan cara berada-Nya Tuhan dengan cara beradanya manusia, yang berisi filsafat hubungan pribadinya dengan Tuhan yang menjadi pengetahuan bagi praktek kehidupan untuk memperoleh kekayaan, kekuasaan dan untuk memahami dirinya sendiri serta untuk menemukan Tuhan.

Ajaran sejati (kakekat) terdiri dari 4 hal, yaitu iman, tauhid, makrifat dan Islam.

Ajaran orthodoks dijumpai rumusan dengan unsur peringatan yang tidak begitu menonjol, kawula tidak menjadi Gusti, maupun Gusti tidak menjadi kawula. Hal ini diperumpamakan dengan baik pada dalang dan wayang yang dipergunakan untuk menerangkan hubungan antara kawula dan Gusti.

Bagi leluhur nusantara kita bukan filsafat dan theologia merupakan kancah perhatian, melainkan pengetahuan dan pengalaman bagaimana manusia tegasnya aku, dapat berhubungan dengan Tuhan. 

Bukan teori, melainkan dasar-dasar hidupnya penting.

Pengalaman manusia yang mencari kemanunggalan dengan Tuhan dilukiskan dengan parabel-parabel, amsal-amsal yang diambil dari dunia Indonesia, dari dunia pewayangan, dari dunia batik-membatik, dari dunia seorang jejaka yang menaikkan dan menurunkan layangannya. 

Di sini kita dapat menikmati keindahan puisi jawa.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts