Wednesday, October 29, 2025

The King is Dead

Oleh : Soleh Solihun

Penerbit : Qanita, 2009

Tebal : 236 halaman


Buku The King Is Dead adalah karya yang sangat personal dari Soleh Solihun — komika, musisi, dan jurnalis yang dikenal dengan gaya bicaranya yang jujur dan penuh humor satir. Dalam buku ini, Soleh menuliskan perjalanan hidup dan pandangan pribadinya tentang banyak hal: karier, cinta, agama, musik, industri hiburan, hingga persoalan eksistensial tentang hidup dan kematian.

Judulnya sendiri, The King Is Dead, bukan sekadar provokatif. Ia merefleksikan kesadaran tentang kefanaan dan pergantian zaman, termasuk bagaimana “raja-raja lama” — entah di dunia hiburan, pemikiran, atau nilai-nilai hidup — pada akhirnya harus digantikan oleh generasi dan cara pandang baru.


Buku ini berisi kumpulan esai dan refleksi pendek dengan gaya khas Soleh Solihun: blak-blakan, lucu, tapi penuh makna.

Beberapa gagasan utama yang muncul dalam buku ini antara lain:


Tentang Kejujuran Diri dan Otentisitas.

Soleh menolak untuk berpura-pura demi mengikuti arus popularitas. Ia menulis bahwa menjadi diri sendiri — meski dianggap aneh, nyeleneh, atau “tidak marketable” — jauh lebih penting daripada memuaskan publik.


Tentang Dunia Hiburan dan Popularitas.

Ia mengulas sisi gelap dunia komedi dan hiburan: persaingan, tekanan untuk selalu lucu, dan tuntutan pasar yang terkadang menggerus idealisme. Di balik tawa, ada perjuangan mempertahankan integritas.


Tentang Zaman yang Berubah.

“The King Is Dead” juga metafora bagi pergeseran nilai. Soleh menulis bahwa orang-orang dulu yang dianggap keren dan dihormati kini bisa dengan mudah tergantikan oleh figur baru di media sosial. Dunia terus berubah — dan tidak ada yang abadi.


Tentang Agama dan Kematian.

Dengan nada reflektif, Soleh berbicara tentang keimanannya, tentang bagaimana ia berusaha memahami Tuhan tanpa kehilangan nalar. Kematian di sini bukan sesuatu yang ditakuti, tapi dihadapi dengan kesadaran dan humor khasnya.


Tentang Hidup yang Sederhana dan Bermakna.

Ia menekankan pentingnya menikmati hidup apa adanya. Tidak perlu menjadi “raja” untuk merasa berharga — cukup menjadi manusia yang jujur dan berguna.


Yang membuat buku ini menarik bukan hanya isinya, tetapi cara Soleh bercerita.

Ia menulis dengan gaya bahasa ngalor-ngidul tapi jernih, menggabungkan humor, kritik sosial, dan refleksi pribadi tanpa pretensi.

Buku ini terasa seperti mendengarkan stand-up comedy yang berubah menjadi renungan hidup — ringan tapi menggigit, lucu tapi menyentuh.


Lewat The King Is Dead, Soleh Solihun mengingatkan pembaca bahwa setiap orang, seberapa pun terkenalnya, akan “mati” pada waktunya — secara harfiah maupun simbolis.

Yang penting bukan berapa lama kita jadi “raja”, tapi apa yang kita tinggalkan setelah “tahta” itu runtuh.

Wednesday, October 22, 2025

Be Obsessed or Be Average


Oleh : Grant Cardone
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2017
Tebal : 252 halaman

Dalam Be Obsessed or Be Average, Grant Cardone — seorang pengusaha sukses, motivator, dan investor — menyampaikan pesan yang kuat: obsesi bukanlah kelemahan, melainkan bahan bakar untuk mencapai kesuksesan luar biasa.
Menurutnya, dunia saat ini tidak memberi ruang bagi mereka yang “biasa-biasa saja.” Jika seseorang ingin berhasil di bidang apa pun, ia harus memiliki obsesi yang sehat, fokus yang ekstrem, dan determinasi tanpa batas.

Cardone berbicara berdasarkan pengalaman pribadinya: dari hidup miskin, kecanduan narkoba, hingga menjadi miliarder dan pemilik berbagai perusahaan sukses. Ia menekankan bahwa semua pencapaiannya lahir dari obsesi terhadap kerja keras, pertumbuhan, dan pencapaian besar.


Cardone membagi pemikirannya menjadi beberapa prinsip utama yang saling berkaitan:

Obsesi adalah kunci keunggulan.
Ia menolak pandangan bahwa obsesi itu berbahaya. Sebaliknya, orang-orang hebat dalam sejarah — seperti Steve Jobs, Elon Musk, atau Thomas Edison — semuanya “terobsesi” terhadap visi mereka.

Hilangkan rasa takut terhadap penilaian orang lain.
Banyak orang gagal bukan karena tidak mampu, tapi karena takut terlihat berlebihan. Cardone menegaskan bahwa menjadi luar biasa berarti siap berbeda dan tak disukai semua orang.

Gunakan energi negatif sebagai bahan bakar.
Kritik, penolakan, atau kegagalan bukan untuk dihindari, melainkan dimanfaatkan sebagai dorongan untuk bekerja lebih keras dan membuktikan diri.

Bekerja lebih keras dari siapa pun.
Ia berulang kali menekankan prinsip kerja keras ekstrem — bukan hanya 9 to 5, tapi “all in.” Obsesi berarti totalitas terhadap tujuan.

Tetapkan target besar dan jangan puas dengan pencapaian kecil.
Cardone menolak mentalitas “cukup.” Ia mendorong pembaca untuk terus menaikkan standar, karena rasa puas terlalu dini adalah musuh terbesar kemajuan.

Bangun lingkungan yang mendukung obsesi.
Dikelilingi oleh orang-orang yang ambisius dan berorientasi tujuan akan menjaga semangat tetap menyala.

Pesan utama buku ini adalah menolak mediokritas dan merangkul obsesi sebagai gaya hidup.
Grant Cardone menunjukkan bahwa dunia modern tidak memberi hadiah bagi mereka yang “cukup baik.” Yang dibutuhkan adalah keberanian untuk melangkah lebih jauh, berpikir lebih besar, dan bertindak lebih cepat daripada orang lain.

Ia juga menegaskan bahwa menjadi obsesif bukan berarti kehilangan keseimbangan, melainkan menemukan fokus mendalam pada sesuatu yang benar-benar penting bagi hidup kita.

Wednesday, October 15, 2025

Yakinlah Ada Hadiah yang Sedang Allah Persiapkan

Oleh : Ahmad Rifai Rifan & T. Fany R.

Penerbit : Alma Pustaka, 2025

Tebal : 150 halaman



Saat langkah terasa berat dan hidup digempur oleh ujian, jangan buru-buru berputus asa. Mari bersabar dan tenangkan jiwa, karena di balik gelap yang kita hadapi, Allah hakikatnya sedang menata cahaya yang kelak akan membuat kita tersenyum lega.

Setiap air mata yang tumpah tak pernah sia-sia, setiap sabar dan ikhtiar yang kita lakukan, pasti diganjar dengan kebaikan. Karena janji Allah itu pasti: bersama kesulitan, pasti ada kemudahan, bersama sakit, pasti ada obat, dan setelah lelah dan sedih, ada hadiah yang sedang menanti.

Wednesday, October 8, 2025

Life Lessons


Penulis: Elisabeth Kübler-Ross & David Kessler
Penerbit : Haru, 2023
Tebal : 307

Buku Life Lessons adalah karya reflektif dan menyentuh hati dari dua tokoh yang dikenal luas dalam bidang psikologi kematian dan kehilangan. Elisabeth Kübler-Ross, penulis On Death and Dying, bersama David Kessler, menghadirkan buku ini bukan sebagai pembicaraan tentang kematian semata, melainkan tentang bagaimana memahami kehidupan dengan lebih mendalam melalui pelajaran dari mereka yang hampir meninggal.

Buku ini terdiri dari berbagai kisah nyata dan renungan spiritual yang disusun dalam 14 “pelajaran kehidupan” (life lessons). Setiap bab menggali satu nilai penting seperti cinta, rasa bersyukur, kesabaran, pengampunan, kebahagiaan, dan keberanian. Melalui pengalaman pasien-pasien yang berada di ambang kematian, kedua penulis menunjukkan bahwa momen mendekati akhir hidup justru sering membuka mata tentang apa yang benar-benar berarti dalam hidup.

Elisabeth dan David mengajak pembaca melihat bahwa kehidupan tidak harus menunggu akhir untuk menemukan makna. Mereka menekankan bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk belajar mencintai lebih dalam, memaafkan lebih cepat, dan hidup lebih sadar. Pelajaran terbesarnya adalah bahwa hidup yang penuh makna bukanlah tentang pencapaian luar, tetapi tentang kedalaman hati dan hubungan antarmanusia.

Salah satu bagian paling menyentuh dari buku ini adalah bagaimana mereka menggambarkan proses “melepaskan” — baik itu rasa bersalah, dendam, maupun ketakutan akan kehilangan. Dengan gaya penulisan yang lembut, keduanya mengajak pembaca berdamai dengan kehidupan sebagaimana berdamai dengan kematian.

Wednesday, October 1, 2025

Easy Peasey - People Skills for Life

Oleh : Allan & Barbara Pease

Penerbit : Network TwentyOne, 2006

Tebal : 97 halaman


Allan dan Barbara Pease, pasangan penulis asal Australia yang dikenal sebagai “ahli bahasa tubuh dan komunikasi antarpribadi”, kembali dengan karya terbaru berjudul Easy Peasey: People Skills for Life. Buku ini dirancang sebagai panduan praktis untuk membantu pembaca berkomunikasi lebih efektif, memahami orang lain dengan lebih baik, dan membangun hubungan yang sehat di berbagai aspek kehidupan — pribadi, sosial, maupun profesional.

Setelah kesuksesan buku-buku seperti The Definitive Book of Body Language dan Why Men Don’t Listen and Women Can’t Read Maps, kali ini mereka menghadirkan pendekatan yang lebih ringan, ringkas, dan aplikatif — cocok untuk siapa pun yang ingin meningkatkan kemampuan sosial tanpa teori yang rumit.

Easy Peasey: People Skills for Life mengajarkan bahwa kemampuan bergaul dan memahami orang lain bukanlah bakat bawaan, melainkan keterampilan yang bisa dipelajari. Allan dan Barbara menjelaskan cara-cara sederhana namun efektif untuk:

  • Membaca bahasa tubuh dan sinyal nonverbal.
  • Menghadapi berbagai tipe kepribadian dalam pergaulan dan pekerjaan.
  • Mengatasi konflik dengan empati dan komunikasi yang cerdas.
  • Meningkatkan kepercayaan diri dalam berbicara, terutama di situasi sosial yang sulit.
  • Menjalin hubungan yang lebih hangat dan penuh pengertian.

Melalui contoh-contoh kehidupan sehari-hari, humor khas pasangan Pease, serta ilustrasi ringan, buku ini membantu pembaca memahami bahwa setiap interaksi sosial adalah kesempatan untuk membangun koneksi manusiawi yang bermakna.

Selain membahas teknik komunikasi, buku ini juga menekankan pentingnya emotional intelligence — kemampuan mengenali dan mengelola emosi diri serta orang lain. Allan dan Barbara percaya bahwa kesuksesan dalam hidup bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi juga oleh kecakapan sosial yang membuat seseorang disukai, dipercaya, dan dihormati.

Wednesday, September 24, 2025

Find Your Why


Oleh : Simon Sinek
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2019
Tebal : 302 halaman

Jika Start With Why memperkenalkan konsep penting tentang “memulai dengan alasan mengapa”, maka Find Your Why hadir sebagai kelanjutan yang lebih praktis. Buku ini ditulis untuk membantu individu maupun tim menemukan dan merumuskan “Why” mereka sendiri.

Simon Sinek bersama David Mead dan Peter Docker memberikan panduan langkah demi langkah, bukan hanya teori. Buku ini menunjukkan bagaimana setiap orang memiliki “Why” — sebuah pola berulang dari kontribusi dan dampak yang kita ciptakan terhadap orang lain. Dengan menemukan Why, seseorang dapat membuat keputusan yang lebih selaras dengan nilai, visi, dan tujuan hidupnya.

Buku ini menjelaskan metode konkret, seperti:

  • Menggali pengalaman hidup → menemukan momen-momen penting yang membentuk jati diri.

  • Bercerita dan mendengarkan → karena Why lebih mudah terlihat melalui narasi, bukan logika semata.

  • Menyusun pernyataan Why → kalimat sederhana yang berisi kontribusi dan dampak yang ingin ditinggalkan.

  • Menemukan Why dalam tim/organisasi → bukan sekadar menggabungkan individu, tetapi mencari tujuan kolektif yang memberi arah dan motivasi bersama.

Contoh nyata juga diberikan dalam buku ini, baik dari pengalaman individu maupun perusahaan, sehingga pembaca bisa langsung mempraktikkan proses pencarian Why.

Wednesday, September 17, 2025

Start With Why

Oleh : Simon Sinek

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2019

Tebal : 358 halaman


Start With Why karya Simon Sinek adalah buku inspiratif yang membahas bagaimana pemimpin besar dan organisasi sukses mampu menggerakkan orang lain bukan hanya dengan apa yang mereka lakukan atau bagaimana cara mereka melakukannya, melainkan karena mereka memiliki alasan mendasar: Why — tujuan, keyakinan, atau visi yang menjadi inti dari semua tindakan.

Simon Sinek memperkenalkan konsep terkenal yang disebut Golden Circle, terdiri dari tiga lapisan:

  • Why (mengapa) → alasan mendasar yang menjadi motivasi inti.

  • How (bagaimana) → proses atau nilai yang membedakan cara kerja kita.

  • What (apa) → produk atau layanan yang dihasilkan.

Menurut Sinek, sebagian besar organisasi hanya berfokus pada what dan how, tetapi pemimpin visioner selalu memulai dari why. Ia mencontohkan tokoh seperti Martin Luther King Jr., Steve Jobs, dan organisasi seperti Apple yang mampu menginspirasi jutaan orang karena mereka memiliki visi jelas yang menyentuh emosi dan keyakinan masyarakat.

Buku ini menekankan bahwa konsumen tidak membeli apa yang kita jual, tetapi mereka membeli alasan mengapa kita menjualnya. Prinsip ini juga berlaku dalam kepemimpinan: orang tidak sekadar mengikuti instruksi pemimpin, mereka mengikuti keyakinan dan visi yang diyakini pemimpin itu sendiri.

Featured Post

The King is Dead

Oleh : Soleh Solihun Penerbit : Qanita, 2009 Tebal : 236 halaman Buku The King Is Dead adalah karya yang sangat personal dari Soleh Solihun ...

Related Posts