Belajar Manajemen dari Alam
Penerbit : Republika, 2011
Tebal : 163 halaman
Dalam cover buku ini disebutkan bahwa kedua penulis ini pernah menulis buku serupa yang berjudul Animal Based Management. Sehingga langsung saja saat menemukan buku ini di rak sebuah buku aku ambil, aku beli dan aku bayar.
Menarik untuk menanti tulisan mereka berdua kembali.
Teori manajemen menjadi perlambang alam sebagai elemen alam yang bisa kita turunkan sebagai ilmu ilmiah. Alam mengajari kita, misalnya air, angin dan api menjadi guru kita dalam hal kebijakan alam.
Adalah Jean-Jaqques Rousseau yang menyerukan back to nature dan menjadi relevan saat ini ketika kita dilanda oleh pemanasan global atau global warming. Karena alam merupakan katarsis atau sarana pelepas ketegangan.
Angin, merupakan elemen alam yang tak terdefinisi yang mengambarkan seseorang yang tidak memiliki watak yang ajek atau angin-anginan atau ketakterdugaan. Dalam dunia marketing hal ini disebut sebagai marketing subversives. Contohnya adalah improvisasi liar yang ditunjukkan oleh Richard Branson dengan Virgin.
Gurun pasir menjadi elemen alam yang menjadi tempat berkumpulnya elemen yang saling bertentangan lalu dinetralkan. Gurun pasir sebagai zona netral dapat menguras energi.
Api, merupakan eleman alam yang mengambarkan semangat dan dorongan motivasi layaknya api yang menyala dan berkobar sebagai motivasi intrinsik sehingga orang menjadi lebih termotivasi dan lebih kreatif.
Gunung, dapat menjadi gambaran besar atau big picture yang lebih komprehensif sehingga diharapkan kita bisa fokus dan tekun dalam bidang apa yang kita kerjakan, seperti kata Hermawan Kartajaya, "eat, sleep and dreams with your business".
Lembah, dapat menjadi daya sentak atau bounce bagi bisnis kita. Ubah kelemahan menjadi kekuatan kita dengan menerapkan stringent response seperti yang terjadi pada Apple saat memperkenalkan iPod dan iPad.
Gua, merupakan simbol luhur yang menjadi senjata rahasia dalam bisnis kita. Contoh yang paling jelas adalah Sheryl Kara Sanberg, seorang COO dari Facebook. Bersama sang CEO, Mark Zuckerberg, Facebook berkembang pesat. Mereka berdua saling mengisi, Sheryl sebagai COO menangani semua masalah terkait pembangunan bisnis.
Hutan, melambangkan detail dan volume pasar yang besar, yang merupakan the bottom of pyramids. dengan aura misterius. Contoh yang berhasil dalam hal ini adalah keluarga Sosro dengan produk andalannya yaitu Teh Botol.
Pohon, menjadi jawaban akan krisis lingkungan dan pemanasan global. Sebuah akar pada pohon melambangkan nilai historis, batang pohon melambangkan organisasi, cabang melambangkan hubungan, daun melambangkan praktik terbaik, dan kelopak melambangkan inovasi, serta cahaya melambangkan harapan.
Bambu, cukup lentur namun kokoh. Jika diterpa angin besar yang dapat menumbangkan pohon besar, bambu akan bergerak lentur mengikuti arah angin. Dengan bersikap lentur dan fleksibel serta adaptif, bambu menjadi kokoh dan tangguh.
Rumput menjadi metafora bagi lingkungan kerja, dimana orang yang memimpin harus dapat mengkombinasikan 3 unsur yaitu waktu, tempat dan situasi.
Bunga teratai di budaya timur merupakan metafora bagi budaya perusahaan, dimana dasar seperti gedung, lalu daun seperti opini orang, dan batang seperti nilai dan kultur perusahaan.
Air dapat menjadi cermin utuh bagi kita, dalam ilmu manajemen dikenal istilah Pygmalion Effect, yaitu dimana orang cenderung menjadi handal saat dia mampu mempersepsikan dia sebagai orang yang handal pula.
Garam mengajarkan kita bahwa seorang pemimpin harus melibatkan akal, hati dan nyali.
Samudera adalah lambang orang yang sakti mandraguna dan tak terkalahkan. Untuk itu kita harus menerapkan konsep blue ocean strategy, yaitu senantiasa terus menerus berinovasi dengan menghasilkan lompatan-lompatan besar.
Karang adalah simbol kesetiaan terutama pada pelanggan, yang kita kenal sebagai customer intimacy. Selain kesetiaan karang juga menjadi simbol keuletan dan ketegaran.
Bulan menjadi citra positif sebagai persepsi positif publik yang dapat menarik hati yang dikenal dengan halo effect.
No comments:
Post a Comment