Thursday, October 24, 2019

Sukses Jadi Pemimpin


Oleh : Eileen Rachman

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2017
Tebal : 262 halaman

If you lead a meaningful life, you never really die. Ini merupakan esensi dari legacy dari seseorang, yaitu dampak dan kualitas positif yang menginspirasi, menjadi poros semangat, landasan action dan pola pikir bagi orang lain.

Inspirasi dari Lee Lacocca, saat membenahi Chrysler, dimana sebelumnya perusahaan tersebut seperti sekumpulan kerajaan kecil yang tidak berhubungan satu departemen dengan departemen yang lain.

Seorang pemimpin harus dapat melakukan hal back to basic, program-program fusion, program quantum leap dan bahkan program banting stir. Jika diibaratkan seorang pemimpin harus mampu menjadi montir yang memperbaiki mobil yang sedang berjalan.

Pemimpin harus mempunyai visi, strategi dan komitmen yang kuat untuk mengatasi energetic gap, antara masa sekarang dengan masa depan, dan antara masa depan dengan komitmen pemimpin.

Dalam melakukan perubahan, cukup mudah jika kita berhadapan dengan non-manusia, misalnya kita melakukan me-regenerasi mesin, atau kita memindahkan pabrik. Namun untuk manusia, kita harus memikirkan strategi yang berkesinambungan, berjangka menengah dan panjang agar tercipta manusia yang andal dan kompetitif.

In a learning organization, when one of us gets smarter, we all can get smarter. Di tengah dunia yang kompetitif dan selalu berubah, individu dan organisasi yang senantiasa belajarlah yang bertahan. Namun hal tersebut tidaklah cukup. Namun pelan tapi pasti, usaha tersebut akan dapat mencapai tujuan.

Lambat laun, unsur SDM mulai dianggap sebagai barang disposable, sehingga muncul strategi pengembangan sumber daya manusia, seperti downsizing, offshoring, sourcing. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga berdampak pula pada faktor loyalitas.

Sehingga loyalitas sebenarnya bukan musnah, namun berubah bentuk menjadi lebih realistis.

Jika ingin populer sebagai usaha personal branding, kegiatan networking perlu dijadikan kegiatan rutin, bahkan menjadi gaya hidup. Networking bukanlah sekedar kumpul-kumpul namun lebih kepada kancah pergaulan yang cerdas. Contoh lain adalah kegiatan lobi, kunjungan ke kantor atau lembaga, bertukar pendapat, menulis di media, menghadiri pertemuan, menginisiasi kegiatan publik.

Saat dunia bisnis mengalami mendung, kita menebak apakah menjadi badai atau sekedar berlalu, setiap individu harusnya menyalakan alarm diri, untuk menjadi waspada, kemudian berlari. Alarm diri atau sense of crisis seseorang yang tidak bekerja, bisa jadi karena kurangnya informasi, kurangnya kepekaan, atau tidak ingin menghadapi kenyataan.

Padahal situasi bisnis sekarang dipenuhi dengan persaingan, perang tarif, perubahan organisasi, kemauan pelanggan yang beraneka ragam. Perlu adanya burning platform, seperti pekerja di anjungan minyak pengeboran jika terjadi kebakaran, dimana perlu adanya dorongan yang sangat kuat untuk do something, tidak berdiam diri apalagi berleha-leha.

Bahaya jika terdapat pekerja yang tidak siap untuk berjuang melawan keterpurukan. Sebagian bahkan melakukan kill the messenger of bad news. Sehingga terjadi penurunan kinerja, kurang inisiatif untuk mengejar target baru dan kurang kreatif dalam mencari tantangan baru.

Easier said than done. Benar bahwa lebih mudah bicara daripada menjalankan. Namun kemampuan analisis dan belajar hal baru merupakan sesuatu yang berbeda dengan tindakan menjalankannya. Karena hal ini membutuhkan intelegensi praktis. Hal ini diperlukan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

Pekerja perlu memahami konsep manajemen waktu, membedakan hal penting & mendesak, dan penting & tidak mendesak. Sering kali kita terlalu berfokus pada hal yang mendesak saja, yaitu hal yang bermasalah saja yang harus segera ditangani.

Contoh melakukan hal yang penting adalah menyelesaikan laporan sebelum waktunya, mengecek peralatan secara rutin, melaksanakan pengawasan berkala dan melakukan rapat reguler.

Time management sangat lah diperlukan. Banyak orang yang malah melakukan memperpanjang jam kerja dengan lembur. Hal ini malah menimbulkan gejala jenuh, lelah, letih dan pada akhirnya sakit. Yang seharusnya dilakukan adalah menjaga dan meningkatkan produktivitas.

Untuk perlu ada energi yang tidak ada matinya, yang berasal dari passion dan "keharusan" sebagai proyek yang harus dituntaskan. Energi dalam manusia adalah ada pada fisik, emosi, pikiran dan spirit. Seperti HP energi ini bisa diisi ulang jika turun, misalnya dengan berolahraga atau hobi lainnya.

Karena yang perlu dijaga kebugaran bukanlah fisik belaka, namun daya pikir, emosi dan mental perlu dijaga pula kebugarannya. Jika daya pikir kita kurang bugar, maka bicara seseorang akan mudah menggeneralisasi keadaan dengan pendekatan All or None, dengan keluar kata "selalu" dan "sering".

Siklus 4A, yaitu Achieve, Assess, Activate dan Accelerate. Yaitu dari sebuah upaya pencapaian tantangan (achievement), yang jika tercapai segera dievaluasi (assess), lalu segera direvisi untuk dihidupkan kembali (activate), lalu mendorong dan mengenjot energi (accelerate) untuk mengoptimalkan pencapaian hasil.

Terkadang seseorang tidak dapat menerima masukan, karena masukan dianggap sebagai sesuatu yang menyerang, sehingga orang tersebut menghindari atau bahkan menyerang kembali. Hal tersebut memang akan membuat sejenak nyaman, namun menyulut sumbu bom waktu.

Ada orang yang bersikap proaktif dalam menerima feedback, namun juga ada orang yang responsif dan hanya menunggu. Feedback sebenarnya adalah sangat berharga, tinggal kita siap sedia ber-kuping panas untuk mendengarkan, karena feedback tersebut untuk kemajuan bersama. Sehingga akan mudah dalam melakukan alignment misi pribadi, tim dan organisasi.

#sinopsisbuku
#resensibuku
#potretbuku

Saturday, October 12, 2019

Problem Solving and Decision Making for Improvement

Cara Cerdas dan Efektif dalam Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi


Oleh : Berny Gomulya

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2016
Tebal : 168 halaman


Tahun 1950, Benjamin & Charles, peneliti RAND Corporation melakukan penelitian kru radar di Markas Pertahanan Udara Amerika Serikat yang menyatakan bahwa beberapa perwira secara konsisten membuat keputusan yang lebih baik daripada yang lain, meskipun sama-sama mendapatkan pelatihan yang sama.

Orang yang dapat membuat keputusan lebih baik memiliki proses yang lebih baik. Dan kesimpulan dari penelitian tersebut mengidentifikasi 4 hal, yaitu :

  1. analisis situasi, 
  2. analisis persoalan, 
  3. analisis keputusan,
  4. analisis persoalan potensial.

Karakter manusia dalam menghadapi masalah setidaknya dapat dibagi menjadi 5, yaitu tipe pemimpi, tipe cepat reaksi, tipe pengeluh, tipe pengkritik dan tipe pemecah masalah.

Hukum Keyakinan (The Law of Belief) mengatakan bahwa "Apa pun yang Anda percayai dan yakini sepenuhnya, itu akan menjadi kenyataan". Dan "You don not only believe what you see, you rather see what you already believe".

Tahun 2008, Bain & Company melakukan survey terhadap 760 eksekutif perusahaan menyimpulkan bahwa efektivitas keputusan dan hasil kinerja keuangan berhubungan lebih dari 95%.

Presiden Amerika ke-26, Theodore Roosevelt mengatakan bahwa "In any moment of decision, the best thing you can do is ther right thing, the next best thing is the wrong thing, and the worst thing you can do is nothing".

Beberapa kesalahan dalam mengambil keputusan, adalah :
  1. Terburu-buru menentukan pilihan
  2. Tidak lengkap dalam mendefinisikan tujuan keputusan
  3. Tidak efektif dalam memanfaatkan informasi
  4. Tidak mempertimbangkan konsekuensi keputusan
  5. Tidak menyadari adanya pilihan lain
  6. Tidak melibatkan pihak lain secara efektif
Survei yang dilakukan oleh Bain & Company pada tahun 2008 terhadap 760 eksekutif perusahaan menyimpulkan bahwa efektivitas keputusan dan hasil kinerja keuangan berhubungan lebih dari 95%. Namun sayangnya, banyak pemimpin takut dan ragu mengambil keputusan. 

“Most Meetings End Before Decisions Are Made. Managers spend 50% or more of their time in meetings, but Bain & Company research shows that two-thirds of meetings end before participants can make important decisions. Not surprisingly, 85% of executives are dissatisfied with the efficiency and effectiveness of their companies’ meetings,” demikian tulis Bain & Company dalam laporan risetnya.

Almarhum Bapak Michael D. Ruslim, mantan President Director dan CEO PT. Astra International Tbk, berujar kepada para pemimpin di lingkungan Astra Group, “Decision making is a crucial part of good business.” Pernyataan itu tak lepas dari karakter Bapak Michael yang sangat kuat: Decisive. 

Beliau kurang berkenan bila ada leader yang berkata, ”Tidak mengambil keputusan adalah juga sebuah keputusan.” “Sebagai leader, tugas kita adalah mengambil keputusan.” Begitu kira-kira kalimat Bapak Michael di beberapa kesempatan. Uncertainties, risks, dan consequences adalah tiga hal yang harus bisa di manage oleh para leader dalam setiap pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. “Kita jangan takut dengan bayang-bayang sendiri,” nasihat Bapak Michael.

Apapun level organisasi kita, dimanapun kita berada dalam organisasi, problem solving and decision making adalah kompetensi kritikal yang harus dimiliki. Level executive perusahaan akan berkecimpung dengan “strategic decisions,” level manager akan fokus pada “tactical decisions,” dan level staf lebih berkonsentrasi pada “daily operational decisions.”

#sinopsisbuku
#resensibuku
#potretbuku

Friday, October 4, 2019

Bagaimana Perekonomian Tumbuh dan Mengapa Runtuh

How An Economy Grows and Why It Crashes


Oleh : Peter D. Schiff & Andrew J. Schiff 

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2016
Tebal : 234 halaman

Pada awal abad ke-20, John Maynard Keyne mengembangkan ide untuk membuat perekonomian tumbuh. Keynes mengajukan pandangan dimana satu perangkat hukum ekonomi berperan pada tataran mikro (ranah individu dan keluarga) dan pada tataran makro (ranah bangsa dan pemerintahan).

Sehingga pada saat itu menghasilkan pertumbuhan kapasitas produksi dan standar hidup di dunia Barat, dengan pusatnya ada di freewheeling (kapitalisme liar) Amerika Serikat yang lebih mengutamakan hak individu dan peran pemerintah yang terbatas.

Pandangan Keynes adalah gagasan pemerintah yang mampu melunakkan volatilitas pasar bebas dengan melakukan ekspansi suplai uang dan menjalankan kebijakan defisit longgar saat keadaan sulit.

Tahun 1971, Presiden Richard Nixon menutup jendela loket yang memutuskan kaitan terakhir dollar dengan emas. Sistem ekonomi global menjadi sepenuhnya didasarkan pada uang yang tidak ternilai.

Dalam ekonomi modern, terdapat teori nilai tenaga kerja (the labor theory value), yang menyatakan bahwa laba diciptakan dengan membayar pekerja lebih kecil daripada nilai mereka yang sesungguhnya.

Para ekonom secara significan menurunkan posisi tabungan dalam rantai nilai ekonomi, karena bagi kaum Keynesian tabungan itu berbahaya bagi pertumbuhan karena dapat menghilangkan uang dari sirkulasi dan mengurangi belanja.

Sehingga orang akan diharapkan lebih banyak berbelanja daripada menabung. Saat ini bangsa Amerika telah berubah dari bangsa penabung menjadi bangsa peminjam, karena suku bunga yang rendah sehingga mendorong kredit dan menekan tabungan.

Dunia ekonomi saat ini berhasil melakukan propaganda cemooh terhadap deflasi dan relatif lebih menerima terhadap inflasi. Karena orang khawatir jika terjadi deflasi maka harga akan turun dan orang akan berhenti membeli, berhenti berbelanja, pekerja kehilangan pekerjaan dan pada akhirnya kembali pada kegelapan ekonomi.

Jika cadangan uang di Bank tipis, maka untuk mengkompensasi peningkatan resiko, Bank akan membebankan suku bunga lebih tinggi kepada kreditur dan menawarkan suku bunga lebih tinggi juga pada deposan untuk mendorong lebih banyak tabungan. Hal ini juga akan menyurutkan pinjaman dan menghambat pertumbuhan bisnis.

Tahun 1913 Federal Reserve berdiri dengan menerbitkan uang berdasarkan emas (bearer gold) berdasarkan permintaan, mengantikan uang kertas bank swasta yang memberikan jaminan serupa. The Fed menciptakan persedian uang elastis, yaitu dapat mengembangkan dan menciutkan jumlah uang yang beredar sesuai dengan kegiatan ekonomi dengan harapan harga stabil.

The Fed secara teori adalah bank Swasta yang menjadi perpanjangan tangan Departemen Keuangan, mematok suku bunga dasar sebagai landasan bagi seluruh struktur suku bunga yang menjadi acuan bagi dunia usaha.

Namun selama 100 tahun terakhir, dollar telah kehilangan lebih dari 95% nilainya.

Keputusan The Fed pada umumnya ditentukan oleh pertimbangan politik daripada pertimbangan ekonomi. Sehingga The Fed memberikan inflasi untuk memungkinkan pemerintah belanja lebih banyak dibandingkan jumlah setoran pajak yang dihimpun.

Belanja infrastruktur dapat menimbukan dampak besar bagi perekonomian, jika manfaat yang didapatkan lebih besar daripada ongkos yang keluar. Banyak politikus dan ekonom keliru memandang belanja infrastruktur bukan sebagai biaya jangka pendek yang menumbuhkan manfaat jangka panjang, tapi dianggap sebagai sarana seketika untuk menciptakan lapangan kerja dan mendongkrak perekonomian.

Proyek ini jika dibawah kendali monopoli pemerintah hampir selalu membuahkan inefisiensi, korupsi, suap dan kebangkrutan. Kemudian pemerintah sekedar menaikkan pajak, sehingga dapat membuang sumber daya masyarakat dan standar hidup pun turun.

Para ekonom keliru mendefinisikan hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok sebagai sistem yang saling menguntungkan, dimana Amerika Serikat mendapatkan produk yang murah dan kredit yang murah, sedangkan Tiongkok mendapatkan proyek manufaktur.

Amerika Serikat diuntungkan mendapatkan barang tanpa perlu memproduksinya dan bisa meminjam uang tanpa harus menabung, sedangkan Tiongkok harus bekerja tanpa mengkonsumsi apa yang telah mereka hasilkan.

Tentu saja hubungan seperti ini tidak bisa berlangsung selamanya. Semakin lama anda makan gratis, semakin berat pula untuk menafkahi diri ketika makanan gratis tersebut tidak lagi tersedia.

Pada akhir tahun 1960, Amerika Serikat mengekspor jauh lebih banyak daripada impor atau surplus perdagangan. Namun menjelang tahun 1976 neraca dagang telah berubah, Amerika Serikat mengalami defisit dagang, yaitu mencapai USD 10 miliar - USD 50 miliar per tahun.

Tahun 1990, angka menyentuh batas USD 100 miliar.

Pada abad ke-21, perekonomian Tiongkok bangkit dengan ekonomi ekspor, sedangkan defisit perdagangan Amerika Serikat berkisar pada angka USD 600 miliar per tahun. Bahkan pada tahun 2006 mencapai USD 763 miliar.

Bank lebih menyukai pemberian kredit rumah dan perumahan, karena memiliki keamanan dasar dalam bentuk agunan (underlying), yaitu rumah itu sendiri. Jika debitur tidak dapat melunasi pinjamannya, maka bank dapat mengambil alih kepemilikan rumah yang kemudian dijual untuk melunasi hutang.

Namun Amerika Serikat mengalami kenikmatan dan kepedihan akibat gelembung perumahan yang membengkak dan kemudian runtuh. Mayoritas ekonom, pemerintah dan pakar finansial tidak bisa melihat datangnya bencana meskipun sebenarnya mereka sedang menatap tajam dalam jarak dekat.

Tanda akan hal tersebut sebenarnya terlihat dari valuasi, dimana harga rumah melambung tinggi dan benar-benar jauh dari keterjangkauan harga alias angka menjadi tidak masuk akal. Angka tersebut hanyalah kemakmuran semu untuk mendorong konsumen tetap membelanjakan uangnya.

Pada akhirnya kepemilikan rumah yang dulunya tiket menuju kekayaan mudah, menjadi sesuatu yang beresiko. Jika suku bunga naik, maka harga rumah akan menjadi tidak terjangkau.

Inflasi memungkinkan pemerintah membuang hutang secara rahasia, dengan mencetak uang, pemerintah secara nominal dapat melunasi hutang namun secara bersamaan menurunkan nilai mata uang. Kreditur mendapatkan bayaran, namun yang mereka dapatkan tidak bernilai banyak.

Inflasi juga menjadi sarana mentransfer kekayaan dari seseorang yang memiliki tabungan dalam mata uang tertentu ke orang lain yang memiliki tabungan dalam mata uang yang sama. Hal ini terjadi pada Prancis tahun 1790, Negara Konfederasi Amerika tahun 1860, Jerman tahun 1920, Hungaria tahun 1940, Argentina tahun 1970 dan Brasil tahun 1980, serta Zimbabwe tahun 2016.

#sinopsisbuku
#resensibuku
#potretbuku

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts