Wednesday, October 25, 2023

Islam dalam Madilog

Oleh : Tan Malaka

Penerbit : Sega Arsy, 2014

Tebal : 120 halaman

Dari tahun 500 SM sampai tahun 1500 M, agama memperoleh nilai kedudukan tertinggi. Di masa itu ilmu filsafat cuma mengabdi kepada agama serta ilmu pengetahuan empirik dianggap dapat melalaikan otak dan pikiran belaka.

Pada jaman kejayaan Yunani dan Romawi, ahli filsafat sudah mengambil bagian terkemuka dalam masyarakat dan negara. 

Bangsa Arab sebelum Islam terdiri dari beberapa suku yang menyembah bermacam-macam berhala. Perang saudara yang kejam dan keji sering terjadi. Bangsa Arab teguh tegap, berdarah panas, dengan negeri yang sebagian besar merupakan padang pasir dan gunung batu, kering, panas terik di musim panas dan sejuk tajam di musim dingin.

Di tengah masyarakat semacam itu lahirlah Muhammad bin Abdullah di kota Mekkah dari suku Quraisy yang merupakan suku tertinggi di Mekkah. Beliau bukan seorang anak yang dimanja oleh bapak ibunya, karena malang bapak ibunya meninggal saat beliau masih belia.

Di jaman permulaan bangsa Indonesia, berdasarkan paham oleh para ahli dinamai kepercayaan animisme, dimana semua yang ada di alam dianggap berjiwa dan bernyawa.

Berkenaan dengan manusia sederhana bangsa kita dulu dengan alam dimana manusia berlaku pasif, menerima, bahkan menderita ketakutan dan berlakulah hukum dialektika, yaitu perubahan bilangan sedikit demi sedikit, lama kelamaan menjadi pertukaran sifat (quantity into quality).

Dalam kurun waktu 1500 M hingga tahun 1850 M, ilmu filsafat lah yang memperoleh nilai dan kedudukan yang tertinggi dalam masyarakat barat.

Dalam dari tahun 1850 M hingga sekarang, ilmu pengetahuan empirik (science) berbalik memperoleh nilai dan kedudukan tertinggi.

Sedangkan mengenai agama kian berpusat kepada dari mana asalnya, bagaimana akhirnya Bumi, bintang dan langit serta alam raya ini.

Agama tetap menjadi "eine privatsache" atau kepercayaan masing-masing orang.

Sedangkan filsafat berkutat pada "manakah yang asal (primus) dan mana yang turunan (derivative) diantara benda (matter) dan paham (idea)".

Logika menempatkan sesuatu yang diperiksa dalam keadaan berhenti (static), terpisah (distinct), tak berubah (unchangeable) dan kekal.

Sedangkan dialektika menempatkan sesuatu yang diselidiki dalam keadaan bergerak (movement), berhubungan (connection), berubah-ubah (change) dan bertentangan.




No comments:

Post a Comment

Featured Post

Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi

Judul : Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi Oleh : Gerald Corey Penerbit : Refika, 2003 Tebal : 434 halaman Psikoanalisis adalah ali...

Related Posts