Tuesday, July 11, 2023

Filosofi Teras


Oleh : Henry Manampiring
Penerbit : PT Kompas Media Nusantara, 2019
Tebal : 312 halaman

Akhir-akhir ini banyak orang yang dilanda Major Depressive Disorder, yaitu istilah medis untuk penyakit depresi yang ditandai dengan kemurungan dengan bawaan sedih dan negative thinking serta selalu berpikir skenario jelek sehingga sering punya pikiran buruk, cemas dan tidak semangat.

Berdasarkan Survei Khawatir Nasional pada tahun 2017, generasi milenial yaitu orang yang lahir dalam kurun waktu tahun 1980 hingga 2000 merasa khawatir tentang hidup sebanyak 63%.

Merasa bahwa manusia saling menyakiti, saling menyinggung dan menyebalkan.

Kekhawatiran sehari-hari ini tidak bisa dianggap remeh.

Karena sumber dari segala kekhawatiran, keresahan ada di dalam pikiran kita. Dimana semua emosi dipicu oleh penilaian, opini dan persepsi kita sendiri.

Jangan biarkan dan jangan ijinkan kuasa kepada orang lain untuk mengganggu kita, karena sesungguhnya kita sepenuhnya yang bisa menentukan apakah kita akan terganggu oleh perilaku orang lain.

Balas dendam yang terbaik adalah dengan tidak berubah menjadi seperti sang pelaku. Stand your ground. Meskipun orang lain tersebut merupakan orang yang sangat judes, pemarah, tidak ramah dan tidak sopan. Kita harus tetap ramah.

Bahkan kita harus mengasihani, karena bisa jadi orang lain tersebut berbuat salah dan jahat seperti itu akibat ketidaktahuan (ignorant) atau dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu.

Namun, tentu saja ada batasnya. Ibarat buah atau sayur terdapat ketimun pahit. Yang harus kita hindari bahkan kita buang. Begitu juga teman, ada teman palsu yang merupakan tipe manusia terburuk yang dapat mencelakakan kita, yang memiliki sifat toxic dan dapat merusak mental. 

Dan perlu diingat bahwasanya, bukan stress yang membunuh kita, namun reaksi atau respon kita terhadap stress yang dapat membahayakan diri kita sendiri.

Hal ini tidak bisa diselesaikan melalui aspek biologi yaitu obat saja, namun juga harus diselesaikan dengan faktor sosial dan psikologi. Kita bisa belajar dan mendalami apa yang disebut dengan Filosofi Teras.

Dengan menjalankan apa yang di dalam dari Filosofi Teras kita akan bisa merasa lebih tenang, damai, tidak mudah stress dan marah-marah.

Adalah Zeno seorang filsuf  pada tahun 300 SM yang mengajarkan filosofinya sendiri di teras berpilar yang dalam bahasa Yunani disebut dengan stoa. Sehingga ajarannya disebut dengan Stoisisme atau Filosofi Teras.

Ajaran Zeno diterapkan oleh Kaisar Marcus Aurelius yang merupakan salah satu dari 5 Kaisar yang Baik atau The Five Good Emperors.

Dalam Filosofi Teras, kebahagiaan bukanlah tujuan utama, namun lebih pada menekankan hal mengendalikan emosi negatif dan mengasah kebajikan dengan menggunakan nalar dan rasio, serta menjalani hidup sebaik-baiknya sesuai dengan peruntukan kita.

Kebahagian adalah efek samping ketika kita dapat memaknai hidup kita sendiri, sehingga tidak ada formula tunggal untuk mencapai kebahagiaan.

Atau yang bisa kita sebut dengan in accordance with nature (hidup selaras dengan alam).

Filosofi Teras lebih menekankan pada rasionalitas sebagai fitur unik yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena itu kita jangan mengikuti hawa nafsu saja.

Sedangkan faktor sosial, manusia sebagai makhluk sosial seyogyanya tidak mengisolasi diri dan tidak memutuskan hubungan dengan sesama manusia. Untuk itu kita harus dapat hidup berdampingan dengan baik dalam masyarakat.

Hal-hal yang ada berada dalam kendali kita memiliki sifat merdeka, tidak terikat serta tidak terhambat. Sebaliknya dengan hal-hal diluar kendali kita seperti opini orang lain, perbuatan orang lain, bahkan termasuk kekayaan kita sendiri dan kesehatan kita sendiri. Jika kita menggantungkan kebahagiaan pada hal diluar kendali kita, maka hal termasuk merupakan hal yang tidak rasional yang dapat menjadikan kita sebagai budak. 

Mengenai kekayaan seseorang yang merupakan hal diluar kendali kita, sebelumnya kita harus mampu membedakannya dengan kualitas pribadi dari seseorang.

Dengan memahami 2 hal diatas, maka dapat kita ketahui bahwa kebahagiaan sejati hanya datang dari dalam. Dan kita tidak boleh menggantungkan kebahagiaan kepada sesuatu yang sewaktu-waktu bisa hilang.

Oleh sebab itu dalam Filosofi Teras ada yang lebih nikmat dari keinginan yang telah terpenuhi, yaitu tiadanya keinginan itu sendiri. Sehingga sangat penting kita benar-benar dapat mengenali apa yang kita inginkan.

Karena keinginan itu mendera, dan dapat membuat kita menjadi terobsesi.

Ini bukanlah pembenaran diri, atau menghibur diri jika ada sesuatu hal yang tidak kita capai.

Berbeda.

Terakhir, peristiwa negatif yang kita alami, anggaplah sebagai ujian, yang merupakan kesempatan untuk menjadikan kita sebagai diri pribadi yang lebih baik.

Kemenangan atas ujian atau cobaan tersebut seperti kesusahan hidup dapat kita peroleh dengan bertahan (endure) dan membuat lawan menjadi "lelah".

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts