Saturday, September 25, 2021

Bumi yang Tak Dapat Dihuni

The Uninhabitable Earth

Kisah tentang Masa Depan

Oleh : David Wallace-Wells

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2019

Tebal : 330 halaman


Sebuah paradoks Fermi atau yang disebut juga dengan Great Silence (Kesunyian Besar) mengatakan bahwa, jika alam semesta begitu luas dan besar, namun mengapa kita belum menemukan kehidupan cerdas lainnya seperti di Bumi?

Bisa jadi jawabannya cukup sederhana, yaitu iklim.

Karena sepanjang pengamatan para peneliti yang kita ketahui, tidak ada planet lain yang lebih cocok dibandingkan planet Bumi untuk menghasilkan kehidupan. Namun saat ini, akibat dari pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim, planet Bumi menjadi semakin terancam. Belum ada manusia modern yang pernah hidup di Bumi yang sepanas Bumi sekarang.

Saat ini memang pemanasan global yang terjadi sejak manusia menggunakan bahan bakar fosil, telah menyebabkan kenaikan suhu 1,1 derajat Celcius. Hal ini diakibatkan gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran tersebut menjebak panas di Bumi.

Kita cenderung meremehkan perbedaan angka kecil yang muncul dari peningkatan suhu 2 derajat, hingga 5 derajat. Mari kita bayangkan akibat yang ditimbulkan dari peningkatan suhu 2 derajat Celcius, yaitu lapisen es akan hancur, 400 juta orang akan kesulitan air, kota-kota besar di sekitar khatulistiwa menjadi tidak layak huni, gelombang panas akan dapat menewaskan ribuan orang.

Peningkatan suhu 3 derajat Celcius, Eropa selatan akan mengalami kekeringan permanen, kebakaran hutan semakin meluas dan merajalela.

Peningkatan suhu 4 derajat Celcius, akan terjadi tambahan 8 juta kasus demam berdarah, krisis pangan global, kematian terkait panas akan naik 9 persen dan kerusakan akibat banjir dari sungan akan meningkat pesat. 

Peningkatan suhu 5 derajat Celcius, seperti yang terjadi pada 250 juta tahun yang lalu, akan mengakibatkan 96% spesies punah. 

Hampir semua kepunahan massal diatas diakibatkan oleh gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Setidaknya di bumi telah mengalami 5 kepunahan massal, yaitu pada:

  • 450 juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan 86% spesies punah
  • 70 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 75% spesies punah
  • 100 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 96% spesies punah
  • 50 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 80% spesies punah
  • 150 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 75% spesies punah

Sungguh besar dampak yang akan diakibatkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim. Oleh karena itu kita tidak boleh menjadi egois karena dampak yang diterima adalah orang yang tinggal di tempat lain bahkan pada anak yang belum lahir.

Bagi kita yang awam, ingat lagi saat siang hari bekerja di kantor, lalu aliran listrik mati sehingga AC yang ada di ruangan tidak dapat berkerja untuk mendinginkan ruangan. Kita akan mengerti bagaimana tidak nyaman saat bekerja dalam suasana tersebut.

Diperkirakan pada tahun 2050 nanti akan terdapat 9 milyar AC (alat pendingin) berbagai macam jenis demi mengatasi panas tersebut, namun hal tersebut bukan lah solusi yang ekonomis dan bukan solusi yang "hijau".


71% planet Bumi sebenarnya tertutup air, namun yang merupakan air tawar hanya 2% dan yang mudah diakses hanya 1% saja. Sisanya sebagian besar terjebak dalam es. 

Untuk penggunaannya, di seluruh dunia, 70% hingga 80% air tawar digunakan untuk produksi pangan dan pertanian, kemudian 10% hingga 20% untuk industri. Berdasarkan National Geographic, hanya 0,007% air yang tersedia di Bumi diperuntukkan bagi 7 milyar manusia.

Secara keseluruhan, menurut PBB, diperkirakan pada tahun 2050, sebanyak 5 milyar orang akan kesulitan air tawar.

Hal ini diperparah dengan banyak danau besar di dunia yang mengalami kekeringan, setidaknya dalam 100 tahun terakhir, yaitu diantaranya: 

  • Laut Aral di Asia tengah, kehilangan 90% volume
  • Danau Mead di Las Vegas, kehilangan 400 milyar galon air dalam setahun
  • Danau Poopo di Bolivia, sudah kering
  • Danau Orumiyeh di Iran, kehilangan 80% air dalam 30 tahun
  • Danau Chad, hampir kering secara total

Padahal diperkirakan selama 30 tahun ke depan, kebutuhan air dari sistem pangan dunia diperkirakan baik sekitar 50%, dari kota dan industri naik 50% hingga 70%, dan dari energi 85%.

Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan es kutub mencair. Hal ini mengakibatkan efek domino, dimana penyakit purba yang sebelumnya beku dalam es hidup kembali. Hal ini mengakibatkan sistem kekebalan tubuh tidak tahu cara melawan penyakit purba tersebut. Diantaranya mikroba yang dimaksud adalah:

  • Esktreofil berumur 32.000 tahun hidup kembali pada tahun 2005
  • Bakteri berumur 8 juta tahun tahun hidup kembali pada tahun 2007
  • Cacing yang membeku berumur 42.000 tahun hidup kembali pada tahun 2018

Selain itu, di Alaska para peneliti menemukan sisa-sisa flu 1918 yang dulunya menulari hingga 500 juta orang dengan menewaskan 50 juta orang, setara dengan 3% penduduk dunia. Dan pada tahun 2016, seorang anak meninggal akibat ketularan antraks dari bangkai rusa yang mati akibat bakteri tersebut pada 75 tahun lalu dan tersingkap saat es abadi mencair.


Cerita kuno tentang negeri Atlantis bisa terulang. Kisah ini telah memukau selama ribuan tahun. Semula adalah Plato yang bercerita mengenai sebuah kebudayaan yang telah tenggelam tersebut, yang kemungkinan berada di sebuah kepulauan kecil di Laut Tengah.

Dan jika tidak mampu menghentikan emisi gas rumah kaca, maka diperkirakan pada tahun 2100, akan ada sebanyak 5% penduduk dunia akan kebanjiran setiap tahun. Permukaan laut akan mengalami kenaikan mencapai 1,2 meter bahkan pada akhir abad ini dapat mencapai 2,4 meter.

Skenario terburuk, jika terjadi kenaikan suhu 2 derajat Celcius maka dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 6 meter. Hal ini akan menyebabkan Bumi kehilangan luas sebesar 1 juta kilometer persegi daratan. Daratan seluas itu setara dengan tempat hidup 375 juta orang.

Yang cukup miris adalah di Asia banyak kota besar yang berada di dekat permukaan laut, diantaranya Shanghai, Hong Kong, Mumbai dan Kolkata.

Termasuk Jakarta. Terlebih Jakarta merupakan kota yang tumbuh paling cepat di dunia, hari ini penduduk di Jakarta adalah 10 juta jiwa. Dan akhir-akhir ini kota tersebut berulang kali mengalami banjir dan penurunan tanah, sehingga diperkirakan Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050. 

Untuk bencana banjir sendiri, Dewan Penasihat Sains Akademi Eropa mengatakan bahwa sejak tahun 1980 banjir yang terjadi sudah berlipat empat, dan berlipat ganda sejak tahun 2004.

Belum lagi akibat pemanasan global dan perubahan iklim, dalam 10 tahun terakhir laju pelelehan es di Antartika berlipat tiga. Pada tahun 1992 sampai 1997, lapisan es di Antartika telah kehilangan 49 milyar ton es setiap tahun.

Pada tahun 2012 sampai 2017, lapisan es di Antartika telah kehilangan 219 milyar ton es setiap tahun.

Friday, September 17, 2021

How To Avoid A Climate Disaster

Solusi yang Kita Miliki dan Terobosan yang Kita Perlukan

Oleh : Bill Gates

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2021

Tebal : 251 halaman


Pada jaman pra-industri, sebelum sekitar abad ke-18, siklus karbon bumi kemungkinan seimbang, dalam artian tumbuhan menyerap karbon kira-kira sebanyak dengan apa yang dikeluarkan. Lalu kemudian kita menggunakan bahan bakar fosil yang terbuat dan yang tersimpan di bawah tanah yang berupa minyak, batu bara dan gas alam. Emisi gas rumah kaca naik drastis pada tahun 1850-an.

Sejumlah 51 milyar ton gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer setiap tahunnya. Gas rumah kaca ini akan menjebab panas sehingga menyebabkan suhu menjadi naik, lalu berujung pada perubahan iklim hingga bencana iklim yang berdampak negatif pada lingkungan dan manusia.

Untuk itu, tidak cukup jika kita hanya mengurangi emisi karbon, namun harus menghilangkannya. Karena dengan penurunan emisi menjadi 50% pun tidak akan menghentikan kenaikan suhu dan tidak akan dapat saja, hanya sekedar memperlambat saja.

Perlu diketahui, kenaikan suhu 2 derajat Celcius saja akan dapat banyak menyebabkan masalah. Saat ini, rata-rata global sudah naik kisaran 1 derajat Celcius dibandingkan jaman pra-industri. Diperkirakan akan naik hingga 3 derajat di pertengahan abad ke-21, dan 4-8 derajat Celcius di akhir abad ke-21.

Adalah Bill Gates, yang selama ini kita kenal sebagai expert di perangkat lunak, namun dimulai tahun 2000-an hingga saat ini aktif berbicara di depan umum, menulis buku dalam wadah Gates Foundation yang salah satu fokusnya pada bidang kesehatan global, yang juga berhubungan dengan kemiskinan energi.

Mengenai kesehatan global, apa yang terjadi di dunia sejak tahun 2020, yaitu Pandemi coronavirus, telah diingatkan oleh Bill Gates pada tahun 2015 saat beliau memberikan kuliah TEDx bahwa kita perlu membuat sistem untuk mendeteksi dan menanggapi wabah yang dapat menyebabkan pandemi secara global.

Karena pandemi tersebut menyebabkan kegiatan ekonomi melambat, gas rumah kaca juga berkurang 5% sehingga hanya menjadi 48-49 milyar ton karbon, namun untuk mencapai hal tersebut cukup mahal, dimana 1 juta orang meninggal dan puluhan juta orang kehilangan pekerjaan. Jumlah tambahan tingkat kematian global sekitar 14 per 100.000 orang per tahun.

Dalam perubahan iklim, sejatinya kelompok miskin yang dirugikan, misalnya mulai dari kondisi rentan, kekeringan hingga banjir. Perubahan iklim meliputi kejadian gelombang panas, kenaikan jumlah badai dan badai semakin parah. Diperkirakan perubahan iklim ini dapat menyebabkan jumlah tambahan tingkat kematian global sekitar 75 per 100.000 orang per tahun.

Sebanyak 27 persen dari semua emisi gas rumah kaca disebabkan oleh energi listrik yang berasal dari bahan bakar fosil, untuk itu kita disarankan menggunakan energi angin dan surya sebagai sumber energi terbarukan yang masih belum banyak digarap.

Namun, harus diingat masih tersisa 73%.

Bahan bakar fosil sangat akrab dan dekat dengan kita, dimulai dari plastik yang terkandung pada sikat gigi kita berasal dari minyak bumi. Beras dan roti yang kita makan saat sarapan pagi juga mempunyai kaitan dengan bahan bakar fosil, mulai dari pupuk, bensin dan sapi. Sebagian bahan baju yang kita kenakan dibuat dari turunan minyak bumi, kertas yang kita pakai dari pohon yang kita tebang juga menyebabkan emisi karbon. Dunia saat ini mengkonsumsi minyak sebanyak 4 miliar galon per hari.

Berkat inisiasi Bill Gates, akhirnya terbentuk kelompok Breakthrough Energy Coalition, yaitu berkumpulnya 26 investor yang kemudian menjadi organisasi Breakthrough Energy yang kemudian juga beserta 24 negara-negara meluncurkan Mission Innovation di konferensi iklim PBB di Paris pada tahun 2015. 

Breakthrough Energy, mempunyai website breakthroughenergy.org, akan mendanai teknologi yang mampu menghilangkan setidaknya 500 juta ton per tahun, yaitu sekitar 1 persen emisi global per tahun.

Persetujuan Paris tersebut menyepakati bahwa 190 lebih negara setuju akan membatasi emisi, diperkirakan pada tahun 2030, dapat mengurangi 12 persen emisi karbon, yaitu sekitar 3 - 6 milyar ton emisi.

Eropa mengurangi jejak karbon sektor penerbangan setara 17 juta ton per tahun, atau sekitar 0,03 persen dari emisi global per tahun.

4 persen emisi global dari sapi.

10 persen emisi global dari pembuatan semen dan baja.

16 persen emisi global dari transportasi.

27 persen emisi global dari listrik.

Sapi? ya benar. Di dunia terdapat 1 milyar sapi yang mengeluarkan gas metana dari sendawa dan kentut setara 2 milyar ton karbondioksida.

Lambat laun solusi iklim inovatif telah diminati, karena selain dampak positif yang bagi manusia dan lingkungan, juga perusahaan dan industri nol karbon akan menjadi pemimpin ekonomi global di masa mendatang.

Solusi sederhana adalah penanaman hutan mangrove, karena pohon ini dapat hidup di air bergaram yang mempunyai beberapa fungsi, mulai dari mengurangi luapan air, mencegah banjir rob, melindungi habitat ikan hingga dapat memperbaiki mutu air. Hutan mangrove secara global dunia dapat menghindari kerugian akibat banjir hingga $80 milyar per tahun. Hutan mangrove lebih murah daripada kita membangun pemecah ombak.

Hingga solusi yang lebih kompleks, geoengineering, untuk mengkompensasi pemanasan akibat gas rumah kaca dengan mengurangi jumlah cahaya matahari yang masuk ke bumi sekitar 1 persen, yaitu dengan mendistribusi zarah-zarah sangat halus di lapisan atas atmosfer bumi. Lainnya adalah membuat awan menjadi berwarna cerah dengan menyemprotkan garam sehingga dapat mendinginkan bumi.

Dalam mengatasi perubahan iklim ini, semua harus bekerja sama, harus saling membantu. Membantu pihak lain juga merupakan demi kepentingan kita sendiri, karena suhu tidak akan berhenti naik di Asia jika di emisi tidak berhenti naik di Afrika misalnya. Semua saling terkait.

Untuk itu Revolusi Hijau harus segera digalakkan.

Saturday, September 11, 2021

Penggunaan Metode Analytical Hierarchy Process dalam Penelitian

Oleh : Dr. Drs. Marsono, M.Si

Penerbit : IN Media, 2014

Tebal : 82 halaman

Adalah Profesor Thomas L. Saaty yang mengembangkan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) yang sangat cocok dan efektif untuk menganalisa permasalahan yang cukup kompleks dalam hal menentukan pemilihan suatu alternatif dalam pengambilan keputusan. 

Thomas L. Saaty merupakan profesor matematika University of Pittsburgh.

Kompleks yang dimaksud adalah kerumitan karena keragaman kriteria. Untuk itu perlu disusun hierarki dari Tujuan Utama, Kriteria dan Alternatif. Jadi metode pengambilan keputusan menjadi metode dengan multi kriteria, untuk memilih suatu alternatif yang terbaik.

Selain itu, kompleks dan rumit karena input yang digunakan adalah persepsi manusia.

Sehingga AHP banyak digunakan oleh para pemimpin suatu organisasi.

AHP menjadi alternatif selain metode penelitian seperti metode kuantitatif, kualitatif atau mix method

Manusia adalah makhluk pengambil keputusan, yang diperlukan adalah sejumlah informasi dan data. Selain itu juga yang diperlukan adalah kondisi, yaitu pengambilan keputusan dibawah ketidakpastian, pengambilan keputusan dibawah resiko, dan keputusan dibawah kondisi kepastian.

Sunday, September 5, 2021

The Naked CEO

Hidup Hebat Itu Tidak Sulit

Oleh : Alex Malley

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, 2017

Tebal : 268 halaman


Jangan merasa bahwa menjadi dewasa adalah selalu berkompromi mengenai apa pun. Kita harus jujur kepada diri kita sendiri. Kita tidak haru selalu berusaha untuk memenuhi ekspetasi orang lain. Jangan lah membuang energi yang percuma untuk menjadi orang lain yang bukan diri kita.

Jadi berhenti untuk berusaha selalu menyenangkan orang lain.

Karena mengedepankan tampilan luar merupakan hal yang melelahkan. Selain melelahkan hal tersebut juga membuat keefektifan kita juga akan memudar. Jangan lah membandingkan diri kita dengan orang lain. Jangan terlalu repot mengkhawatirkan pendapat orang lain tentang kita.

Fokuslah kepada diri sendiri. Kita harus bisa mengenali siapa kita, apa "merk" kita, bahwa kita adalah istimewa dengan karakter, kekuatan dan apa yang kita miliki saat ini. Termasuk mimpi kita, yaitu mulai dari pola pikir, kebiasaan, visi dan kerja keras.

Pertahankan keaslian kita. Misalnya saya terlahir untuk mengatur.

Namun harus diingat, bahwa tidak semua passion pribadi menjadi karier kita, misalnya jika kita cinta olahraga, maka tidak harus olahraga menjadi pilihan karier kita.

Untuk menambah wawasan dapat kita perluas tidak hanya dengan membaca buku saja, namun selain membaca artikel kita juga bisa dengan mendengar cerita orang lain, pencapaian orang lain, menonton film, percakapan dengan teman, mendengarkan pengalaman hidup mereka.

Untuk itu perbanyaklah networking, mulailah berbicaralah dan bangun relasi. Mulailah dengan menyapa selamat pagi kepada orang lain. Yang patut diingat dalam membangun relasi jangan hanya mempunyai niat meminta sesuatu, tapi niatkanlah memberi.

Dari wawasan tersebut kita dapat memperoleh gagasan hebat dengan menyerap seperti spons.

Nasihat yang menarik buku ini yang harus aku camkan pada diri pribadi adalah bahwa kita harus bisa sekuat tenaga mempertahankan pola pikir fleksibel, misalnya dalam bentuk nasihat, menambah langkah ekstra, memperbaiki tujuan, namun jangan gunakan fleksibilitas tersebut sebagai alasan untuk menunda.

Terakhir, dalam dunia kerja dan keluarga, sering orang merasa bentrok. Bahkan frustasi, karena berusaha mencari keseimbangan, yaitu keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan, dimana keseimbangan di benak mereka adalah keseimbangan model simetris, keseimbangan yang sempurna.

Harusnya yang dicari adalah kualitas pekerjaan dengan kehidupan. Dan juga tak lupa adalah luangkan waktu untuk diri sendiri atau me time. Misalnya di pagi hari kita sambil berolahraga, agar hening kita matikan telp kita, lalu selama 1 jam kita mempunyai waktu sendirian sambil berpikir dan instropeksi.

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts