Thursday, April 12, 2018

Made Mangku Pastika

Jejak Derita Jenderal Bintang Tiga


Oleh : Emanuel Dewata Oja

Penerbit : Cakrawala Yogyakarta, 2018
Tebal : 216 halaman


I Made Mangku Pastika lahir di Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, pada tanggal 22 Juni 1951. Saat Gunung Agung meletus pada tahun 1963, ayah dan keluarga Made Mangku Pastika serta beberapa penduduk yang terdampak mengungsi.

Keluarga Made Mangku Pastika melakukan transmigrasi ke desa Rama Agung, wilayah kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan. Desa Rama Agung masih membentang hutan dengan pohon liar karena termasuk gugusan pegunungan Bukit Barisan.

Saat itu Made Mangku Pastika baru tamat SR atau Sekolah Dasar dari Seririt Buleleng. Dikarenakan di Rama Agung merupakan hutan belantara, tentunya tidak ada sekolah. Sehingga dengan tekad bulat Made Mangku Pastika merantau seorang diri ke kota Bengkulu.

Dengan berbekal baju 2 pasang, rapor dan ijazah SR, Made Mangku Pastika menumpang truk yang berangkat ke kota Bengkulu. Sekitar pukul 3 sore, truk yang ditumpangi oleh Made Mangku Pastika sampai di pasar Malabero.

Tanpa tahu arah Made Mangku Pastika berjalan menyusuri jalan. Hingga akhirnya di dekat tong sampah dari sebuah toko Gemilang, Made Mangku Pastika tak tahan lagi dan akhirnya pingsan. Oei Thian Hin sang pemilik toko Gemilang keluar dan membopong tubuh Made Mangku Pastika.

Setelah siuman, Made Mangku Pastika pun diterima untuk tinggal di rumah Oei Thian Hin sembari menjadi pembantu yang tugasnya mencuci piring, menyapu rumah, menimba air sumur, membuat pispot kencing majikan dan tugas lainnya.

Yang paling menyedihkan adalah saat Made Mangku Pastika makan. Dimana Made Mangku Pastika harus menunggu seluruh anggota keluarga majikan selesai makan, kemudian Made Mangku Pastika mengambil kerak nasi tersisa dengan cara memberi kuah sayur secukupnya sehingga kerak nasi mudah diambil karena telah lembek, dan mulailah disantap oleh Made Mangku Pastika.

Selama sekolah di SMP Negeri Bengkulu, Made Mangku Pastika menggunakan bekas bungkus rokok untuk dijadikan buku sebagai lembaran untuk menulis. Ejekan dari teman-teman sekolah menjadi menu setiap hari karena menggunakan bekas bungkus rokok sebagai buku, belum lagi saat sekolah Made Mangku Pastika tidak menggunakan sepatu.

Saat duduk di kelas 2 SMP, Made Mangku Pastika mendapat info bahwa keluarganya sudah beranjak dari desa Rama Agung dan pindah ke Palembang, tepatnya di SD 47 Sekojo Dua Hilir Palembang. Akhirnya Made Mangku Pastika bertekad minta ijin ke majikan untuk pergi ke Palembang.

Oei Thian Hin mengijinkan dan memberi bekal uang untuk naik kereta api dan uang untuk makan perjalanan 1 hari, serta dari sepeda ontel dari sahabat kakaknya, I Gede Lencana yang bernama Cu Hok Sui. Sebelumnya Cu Hok Sui sering memberi buku tulis pada Made Mangku Pastika.

Perjalanan Made Mangku Pastika dimulai dari Bengkulu ke kota Lubuk Linggau, kemudian dengan naik kereta api menuju Palembang melewati Curup, Rejang Lebong dan Bukit Barisan. Dan akhirnya Made Mangku Pastika sampai juga di SD 47 Sekojo Dua Hilir Palembang.

Selanjutnya setelah menempuh sekolah di SMAN 2 Palembang, Made Mangku Pastika mengikuti tes AKABRI Kepolisian, dan hasilnya adalah lulus. Akhirnya Made Mangku Pastika menempuh pendidikan AKABRI di Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 1971, dan lulus Akabri Kepolisian pada tahun 1974 atau yang dikenal dengan nama Praja Gupta.

Made Mangku Pastika menjadi Gubernur Bali selama 2 periode, yaitu periode pertama pada tahun 2008–2013, dan periode kedua pada tahun 2013-2018.

#sinopsisbuku
#resensibuku
#potretbuku

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts