Wednesday, August 23, 2023

Buffett : The Making of an American Capitalist

Penulis : Roger Lowenstein

Penerbit : Redline Publishing, 2009

Tebal : 594 halaman


Patut untuk selalu diingat bahwa di balik setiap saham dan obligasi, terdapat sebuah bisnis kongkret dan lazim.

Pada tanggal 13 Agustus 1931, ayah dari Warren membawa kabar buruk, bahwa bank ayahnya tutup yang terjadi pada masa Depresi Besar. Hal ini menjadi pil pahit yang kemudian Howard mewarisi kebencian Buffett untuk berutang.

Howard tidak pernah minum minuman keras dan merokok.

Warren tidak pernah berkelahi dengan siapa pun, dia menghindari pergesekan dari segala macam konflik. Warren juga dikenal sebagai kutu buku namun senang berolahraga. Buffet enggan menjadi seorang petarung, tapi memiliki sifat kepemimpinan, seperti kepercayaan diri, perspektif, memusatkan perhatian kepada tujuan, serta bakat untuk komunikasi segala hal.

Masa-sama tersebut mempengaruhi Warren selama melalui tahun-tahun berat dengan dorongan kuat untuk menjadi kaya raya.

Terpaan inflasi ini menjadikan keluarga Buffett meyakini bahwa Roosevelt telah menghancurkan nilai uang mata dolar, sehingga Howard memberikan koin emas untuk membeli barang-barang mewah, kandelir kristal, piring perak, karpet oriental hal ini dikarenakan benda yang kasatmata lebih baik daripada dolar.

Di usia 10 tahun, Howard mengajak Warren ke New York, saat di Wall Street, Warren pergi ke bursa saham. Lalu di usia 11 tahun, Warren membeli 3 saham seharga $38 per lembar.  Saham tersebut sempat anjlok di angka $27, namun kemudian pulih di angka $40 lalu kemudian mereka menjualnya. Namun ternyata saham tersebut merangkak naik di angka $200.

Pelajaran pertama yang bisa diambil adalah kesabaran.

Dalam menjalankan usaha, Warren bukan ingin uang, namun dia hanya senang menghasilkan uang dan melihatnya terus bertambah.

Apa yang harus dilakukan ketika saham murah, setelah dibeli, menjadi jauh lebih murah. Buffet menyimpulkan falsafah Graham menjadi 2 kata, yaitu margin keamanan. Sebagai seorang investor harus mempunyai celah antara harga yang bersedia dibayarkannya dengan estimasi berapa nilai suatu saham.

Penekanan Graham pada saham murah adalah "cigar butts", yaitu saham yang bisa dipilih orang hampir secara gratis, seperti puntung rokok namun masih memiliki sisa beberapa isapan yang berharga.

Oleh karena itu kita perlu meriset kinerja perdagangan saham yang berharga kurang dari $5. Lalu hitung dengan baik untuk mendapatkan nilai yang wajar. Pemilihan saham tergantung bukan pada dorongan publik, namun pada fakta.

Kunci filosofi investasi saham bukan pada penjualan yang baik, namun pada pembelian yang baik.

Intinya, investasi pada nilai.

Jangan pernah terbawa arus tren investasi.

Namun tidak itu saja, terdapat konteks kualitatif yaitu bukan gambaran statis aset saja, sebuah bisnis yang hidup dan berkembang dengan serangkaian dinamika dan potensi unik juga sangat penting.

Buffet menghindari meramal bursa saham, termasuk juga menghindari membeli dan menjual saham berdasarkan opini orang, sebaliknya dia menganalisis prospek bisnis jangka panjang.

Mengapa harga saham, bahkan meski harganya murah, otomatis akan naik. Ini merupakan salah satu misteri dalam bisnis. Hal ini disebut sebagai renaissance nilai. Sehingga tidak perlu menjadi orang genius untuk membeli saham.

Warren Buffett memiliki sosok orang yang menjadi alter ego, yaitu Charlie Munger, yang menjadi sosok misterius sejati, pemikir eksentrik. Talenta unik menjadikan Charlie Munger selain sebagai sahabat, juga menjadi konsultan Buffett yang sangat berguna untuk menjadi seorang investor.

Charlie adalah orang yang kocak, namun juga orang yang arogan, Dia percaya sudut pandang aristokratik.

Tekanan atau desakan untuk selalu berinvestasi memiliki julukan yang unik, yaitu rhinophobis, yaitu penyakit investor dalam ketakutan karena memiliki dana tunai, sehingga memegang uang tunai merupakan godaan yang luar biasa.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts