Saturday, March 7, 2009

Carok

Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura


Oleh : Dr. A. Latief Wiyata

Penerbit : LKIS, 2002
Tebal : 278 halaman


"Mon lo' bangal acarok ja' ngako oreng Madura"

Pernyataan diatas diungkapkan oleh Gutte Bakir, seorang blater dan jagoan di desanya, yang artinya kurang lebih adalah "jika tidak berani melakukan carok jangan mengaku sebagai orang Madura.

Sebenarnya ada makna yang sangat dalam dari suatu tindakan yang disebut carok yang terkesan sangat sadis ini. Carok bukan digunakan untuk pencurian atau perampokan dengan kekerasan seperti begal. Carok juga bukan pertikaian semacam tawuran ala anak SMA.

Carok merupakan perkelahian satu lawan satu yang dibelakangnya terdapat motif untuk membela dan menjaga harga diri.

"Ango'an poteya tolang etembang poteya mata"

Ungkapan diatas mempunyai arti "lebih baik mati daripada harus menanggung perasaan malu", ini merupakan ungkapan bahwa harga diri sangat dijunjung tinggi dan tidak mau sedikitpun adanya tindakan pelecehan harga diri.

Namun tidak semua yang berbau Madura selalu bernuasa hitam, karena sebenarnya kebudayaan Madura memiliki nilai-nilai yang penuh harmoni, hal ini tercermin dari ungkapan dibawah ini.

"Rampa' naong, baringen karong"

Artinya "suasana teduh penuh kedamaian layaknya berada di bawah pohon beringin yang rindang"

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Stories of Crime and Detection

Related Posts