Oleh : Cindy Adams
Penerbit : Media Pressindo, 2014
Tebal : 432 halaman
Sosok Sukarno adalah maha pencinta, beliau mencintai negerinya, rakyatnya, perempuan, seni diatas segala-galanya melebihi dirinya sendiri.
Sukarno dilahirkan dengan bintang Gemini dengan lambang anak kembar, 2 sifat yang bertentangan, bisa lemah lembut bisa rewel, keras bagai baja atau puitis penuh perasaan, menjebloskan musuh-musuh negara ke penjara namun tidak tega membiarkan burung terkurung di sangkar.
Beliau dilahirkan dalam kemiskinan dan kemelaratan menyebabkan hati kecil menjadi sangat sedih. Ketika berumur 6 tahun Sukarno pindah ke Mojokerto dengan tinggal dalam pemukiman yang kumuh.
Penderitaan membuat bangsa Indonesia bersatu dan gagasan persatuan nasional mulai menyebar. Jakarta memang tempat lahir gerakan tersebut, namun sang bayi memulai langkahnya yang pertama di Surabaya.
Salah satunya adalah Cokroaminoto sebagai Ketua Sarekat Islam yang tinggal di Paneleh gang 7.
Saat berumur 20 tahun, sebuah ilham politik yang kuat datang kepada Sukarno. Yang semula merupakan benih pemikiran politik kemudian menjadi program dalam gerakan. Saat di selatan kota Bandung, di daerah pertanian yang padat, Sukarno melihat pak Marhaen, seorang petani yang sedang sibuk menggarap sawah.
Saat itu lah beliau namakan rakyatnya sebagai Marhaen.
Bung Karno, Bung Hatta dan Syahrir melakukan pertemuan untuk membahas taktik perjuangan. Meski diantara mereka pernah terjadi perselisihan yang dalam, tidak saling menyukai namun untuk merdeka mereka menghadapinya dengan bersama.
Mereka berikrar sebagai simbol Dwitunggal untuk bekerja berdampingan, tidak bisa dipisahkan sampai negeri merdeka sepenuhnya. Di permukaan secara terang-terangan dan di bawah tanah secara rahasia. Kekuatan Bung Karno adalah berhubungan dengan massa yang harus bekerja secara terbuka, sedangkan yang lain bergerak di bawah tanah dan mengorganisir seperti menangkap siaran radio dan gerakan rahasia lainnya.
Apakah Sukarno seorang komunis?
Sukarno adalah seorang individualis, yang angkuh, dengan ego yang membakar-bakar, yang mengaku mencintai dirinya sendiri, sehingga tidak mungkin menjadi pengikut pihak lain, tidak mungkin tunduk paa dominasi kekuasaan lain, tidak mungkin menjadi boneka.
Seorang komunis menginginkan dunia terdiri dari satu bangsa, sedangkan Sukarno adalah seorang nasionalis revolusioner, seorang ultra-nasionalis, seorang supra-nasionalis.
Sehingga sangat berbeda secara ideologis.