Sunday, February 23, 2020

The Six Sigma Way

Bagaimana GE, Motorola dan Perusahaan Terkenal Lainnya Mengasah Kinerja Mereka


Oleh : Peter S. Pande, Robert P. Neuman, Roland R. Cavanagh
Penerbit : Andi Yogyakarta, 2002
Tebal : 455 halaman


Six Sigma merupakan usaha perubahan budaya sebagai sebuah sistem yang komprehensif dan flexible agar perusahaan mempunyai daya saing yang lebih besar dengan menitikberatkan pada kepuasan pelanggan dan profitabilitas, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan sukses bisnis.

Selain itu jenis sukses dari six sigma adalah pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas.

Six sigma bukanlah metode atau strategi tunggal, tapi merupakan sistem yang fleksibel untuk memperbaiki kepemimpinan dan kinerja bisnis. Six sigma bukanlah sebuah program atau teknik, tapi merupakan cara yang fleksibel tapi penting agar bisnis menjadi lebih responsif, efisien, kompetitif dan profitabel.

Six Sigma dapat diaplikasikan di semua tipe bisnis, dan kita tidak harus mempunyai kemampuan yang mendalam di bidang analisis statistik.  Sehingga menjadikan six sigma sebagai pilihan yang terbaik karena tidak menekankan orang pada statistik yang berat, alasannya orang yang tidak terlibat dalam proses bisnis tidak siap untuk alat yang lebih canggih, dan tidak siap untuk analisis lebih lanjut.

Istilah Six Sigma merujuk pada target kinerja operasi yang diukur secara statistik dengan hanya 3,4 defect untuk setiap 1 juta aktivitas. Huruf kecil sigma dalam alfabet Yunani (s) merupakan simbol yang digunakan dalam statistik sebagai deviasi standar dari populasi.

Berikut tabel konversi sigma sederhana
Persentase hasil     |     DPMO     |     Sigma
30.9%                          690.000          1.0
69.2%                          308.000          2.0
93.3%                            66.800          3.0
99.4%                              6.210          4.0
99.98%                               320          5.0
99.9997%                            3.4          6.0

Untuk itu six sigma mengambil sikap ‘management by fact’, karena masih banyak perusahaan yang membuat keputusan bisnis berdasarkan opini dan asumsi. Untuk itu perlu ada ukuran-ukuran yang menjadi kunci untuk mengukur kinerja bisnis, untuk menerapkan data dan analisis untuk mendapatkan variabel kunci dan hasil yang optimal.

Model perbaikan dalam six sigma menggunakan perbaikan 5-fase DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve dan Control) yang merupakan pengembangan dari siklus PDCA (Plan, Do, Check dan Action).

Jika dibandingkan dengan TQM (Total Quality Management), TQM hanya berfokus pada kualitas produk dan berkonsentrasi pada proses produksi, tapi tidak menyentuh pada layanan, logistik dan pemasaran. Sedangkan pada six sigma melakukan solusi pada semua proses bisnis.

Sehingga kita harus mampu untuk merespon secara efektif dan efisien terhadap keadaan baru dalam mengelola perubahan seperti produk baru, akuisisi dan pertumbuhan. Untuk itu kita harus meninjau sistem dan kapasitas untuk perubahan dan perbaikan.

Yang menjadi tantangan bagi tim yang akan mengimplementasikan six sigma adalah meyakinkan orang-orang senior untuk mengalokasikan sumber daya dan biaya. Untuk meyakinkannya salah satunya adalah dengan memberikan pengembalian segera dari investasi. Bahwa dengan six sigma akan muncul proses baru dalam rangka menambahkan daging pada tulang. Artinya dengan six sigma akan dapat memberikan ROI yang cepat, namun pertama-tama kita harus membuat investasi terlebih dahulu. Salah satunya adalah dnegan melakukan pemotongan biaya dan perbaikan-perbaikan efisiensi.

Salah satu yang akan diketemui nanti adalah bottleneck, dimana kapasitas atau waktu siklus menyebabkan kelambatan, untuk itu perlu adanya bottleneck yang baik.

Untuk mendapatkan ide proyek perbaikan kita dapat menggalinya dari sumber external, misalnya Voice of Customer, Voice of Market dan Comparison with Competitor. Selain itu kita juga dapat menggalinya dari sumber internal, misalnya Voice of Process dan Voice of the Employee.

Data yang didapat ada kemungkinan merupakan faktor intangible karena menggunakan ukuran kontinu, untuk itu harus kita rubah terlebih dahulu menjadi data diskrit yang dapat diukur. Misalnya mengukur persepsi atau kepuasan pelanggan dari Baik - Cukup - Buruk menjadi skala rating 5 - 3 - 1.

#sinopsisbuku
#resensibuku
#potretbuku

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi

Judul : Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi Oleh : Gerald Corey Penerbit : Refika, 2003 Tebal : 434 halaman Psikoanalisis adalah ali...

Related Posts