Wednesday, July 30, 2025

Die With Zero

Oleh : Bill Perkins

Penerbit : Houghton Mifflin Harcourt Publishing, 2020

Tebal : 216 halaman


Hidup Sekarang, Nikmati Momen, dan Wariskan Pengalaman

Bill Perkins, seorang investor dan entrepreneur, menantang pandangan umum tentang keuangan dan warisan dalam bukunya Die With Zero. Ia memprovokasi kita dengan pertanyaan mendasar:

Untuk apa kita terus mengumpulkan uang, jika akhirnya mati dengan sisa kekayaan yang tak terpakai?

Alih-alih fokus menimbun kekayaan sepanjang hidup, Perkins menawarkan perspektif radikal: gunakan uang dan waktu kita secara bijak untuk membeli pengalaman, bukan akumulasi. Hidup bukan tentang menjadi “kaya” saat tua, tapi tentang menjadi kaya secara pengalaman di saat yang tepat.


Jangan Menunda Hidup

Perkins menyoroti bagaimana banyak orang menunda kesenangan dan pengalaman demi “masa pensiun” yang belum tentu datang. Mereka terus menabung, bekerja keras, dan hidup hemat, hanya untuk akhirnya terlalu tua, terlalu sakit, atau bahkan sudah meninggal sebelum bisa menikmati hasilnya.


Tujuan hidup bukanlah mati kaya, tetapi mati dengan nol – zero.

Artinya, pada akhir hayat, idealnya kita sudah menggunakan semua sumber daya yang kita miliki untuk hidup sepenuhnya, berbagi kepada orang lain, dan meninggalkan warisan berupa pengalaman, bukan sekadar harta.


Maknai hidup lewat pengalaman, bukan uang.

Uang hanyalah alat. Pengalamanlah yang menciptakan memori abadi. Uang yang tidak diubah menjadi pengalaman pada waktu yang tepat akan kehilangan nilainya.


Gunakan waktu dan energi sebaik mungkin.

Ada masa di mana kamu cukup sehat untuk naik gunung, jalan-jalan ke luar negeri, atau mulai bisnis impian. Waktu itu tidak datang dua kali. Jangan tunggu pensiun.


Waktu memiliki nilai lebih tinggi daripada uang.

Semakin tua, energi dan waktu kita menyusut. Gunakan masa muda untuk mengejar pengalaman yang lebih menantang secara fisik dan emosional.


Investasi pengalaman.

Alih-alih hanya investasi uang, fokuslah juga mengumpulkan “memory dividend” – kenangan dan kebijaksanaan dari pengalaman yang kamu jalani.


Distribusi warisan saat masih hidup.

Jangan menunggu mati untuk memberi. Anak-anak atau orang-orang yang kita cintai lebih membutuhkan bantuan saat mereka muda dan membangun kehidupan, bukan saat mereka sudah mapan.


Waktu terbaik untuk pengalaman berbeda-beda.

Ada momen terbaik untuk naik gunung, backpacker ke Eropa, belajar surfing, membangun bisnis, atau mengasuh cucu. Jika dilewatkan, momen itu tidak bisa diganti dengan uang.


Gunakan perencanaan hidup, bukan sekadar perencanaan keuangan.

Hidup harus dirancang seperti proyek besar, dengan prioritas yang berubah sesuai usia, bukan hanya akumulasi aset.


Tak ada kehormatan dalam menumpuk uang sampai mati.

Jika kamu mati dengan banyak uang di rekening, kemungkinan besar kamu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk hidup lebih dalam.


Gunakan pendekatan net worth curve

Grafik kekayaan bersih seharusnya naik saat kamu membangun hidup, lalu mulai menurun setelah titik tertentu karena kamu mulai “membelanjakan hidup”, bukan sekadar menyimpannya.


Kritik terhadap Pola Hidup Tradisional

Perkins mengkritik pandangan konservatif keuangan yang terlalu fokus pada akumulasi dan warisan. Menurutnya, hal itu sering menyebabkan orang tidak berani mengambil risiko, bahkan untuk pengalaman sederhana yang bisa memperkaya jiwa. Ia menyarankan untuk membebaskan diri dari rasa bersalah ketika "membelanjakan" uang demi hidup yang lebih bermakna.


Hidup Sekarang, Bukan Nanti

Buku Die With Zero bukan mengajak kita untuk boros, tetapi menyeimbangkan hidup dengan pengalaman, makna, dan kebijaksanaan penggunaan uang. Ini bukan tentang kemewahan, tapi tentang keberanian memilih hidup yang penuh warna.

Bill Perkins tidak menyuruh semua orang menghabiskan uang secara impulsif. Ia justru mendorong kita untuk hidup dengan niat dan rencana, agar pada akhirnya kita tidak menyesal karena terlalu banyak menahan diri.

“The goal is not to die with everything, but to die having given everything you can—to yourself, your loved ones, and the world.”

Wednesday, July 23, 2025

Kelola Gaji Bisa Investasi Bisnis Properti

Oleh : Nasta Trilakshmi

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2021

Tebal : 169 halaman


Saat pandemi covid-19 lalu, banyak manusia yang terjangkiti kecemasan dan kepanikan (anxiety) terutama saat terjadi lockdown sehingga sampai terjadi panic buying terhadap alat kesehatan dan kebutuhan pokok.

Namun yang sangat mengkhawatirkan saat pandemi adalah banyaknya terjadi PHK, bahkan banyak juga perusahaan yang mengalami kebangkrutan.

Lebih baik bersusah-susah menyimpan daripada harus bersusah-susah cari utangan.

Ilmu financial planning jika diterapkan dengan konsisten dan disiplin akan membuat pengelolaan dana keluarga menjadi terarah.

Jangan menabung apa yang tersisa, tapi habiskan apa yang tersisa setelah menabungnya.

Dalam buku ini diberikan prinsip 10/20/30/40 untuk mengelola penghasilan yaitu 10% untuk kebaikan, 20% untuk masa depan, 30% untuk cicilan utang dan 40% untuk kebutuhan. 

Wednesday, July 16, 2025

What I Talk About When I Talk About Running

Oleh : Haruki Murakami

Penerbit : Bentang Pustaka, 2025

Tebal : 183 halaman

Tidak masalah sekecil apapun yang kita lakukan, namun jika itu konsisten kita lakukan maka hal tersebut akan mempunyai makna kontemplatif bahkan meditatif. Dalam berlari kita tidak hanya akan merasakan capek, namun juga bisa cedera, dan dalam berlari rasa sakit itu pasti namun penderitaan itu adalah pilihan.

Menulis tidak hanya merekam pikiran, namun juga dapat meredam perasaan.

Terkadang kita berlari untuk mendapatkan ruang hampa, dan dalam ruang hampa tersebut seringkali muncul pemikiran-pemikiran yang menjadi ilham dan inspirasi.

Tubuh adalah sebuah sistem yang praktis, kita harus membuat tubuh menjadi sakit dalam jangka waktu lama untuk mengerti, oleh karena itu agar menjadi kuat dalam berlari kita harus melakukan peningkatan latihan secara bertahap, sedikit demi sedikit.

Meski cukup latihan, namun saat melakukan event lari, rasa sakit tetap terasa. Tapi, setelah finish semua sakit yang didera saat lari akan hilang dan lupa. Kemudian langsung menyiapkan untuk menyongsong lari selanjutnya.

Itu lah hidup, suka duka akan mengalami pengulangan terus menerus.

Dalam menulis dan berlari, selain bakat ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu fokus dan daya tahan. Menulis adalah pekerjaan mental, begitu pula dalam berlari, ini lebih pada olahraga mental dibandingkan fisik.

Ada satu lagi hal yang aku sepakati dalam buku ini, yang juga diamini oleh Dave Scott, atlet triatlon, bahwasanya dari 3 olahraga yaitu berenang, bersepeda dan berlari, adalah olahraga bersepeda yang merupakan olahraga paling tidak menyenangkan.

Berlari sudah menjadi bagian dari kebahagian kecil dalam hidupnya, tanpa kebahagian kecil tersebut, maka tidak akan ada motivasi untuk bangun pagi dan berlari.


Buku What I Talk About When I Talk About Running karya Haruki Murakami bukan hanya sekadar catatan seorang novelis tentang hobinya berlari, melainkan sebuah memoar reflektif yang menyatukan kehidupan fisik, mental, dan kreatif seorang penulis dalam satu garis panjang maraton kehidupan.

Melalui gaya menulis yang jujur, sederhana, dan kontemplatif, Murakami mengajak pembaca menyelami pikirannya selama bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai pelari jarak jauh dan novelis. Ia mengisahkan bagaimana ia mulai berlari pada usia 33 tahun, hampir bersamaan dengan ketika ia mulai menulis novel secara serius. Dalam pandangannya, menulis dan berlari memiliki irisan yang sama: keduanya menuntut kesabaran, konsistensi, kesendirian, dan ketahanan mental.

Buku ini mengandung banyak renungan tentang tubuh yang menua, tantangan batin dalam mempertahankan disiplin, serta bagaimana aktivitas fisik mampu memberi ruang untuk berpikir dan menciptakan. Murakami membagikan pengalamannya mengikuti berbagai lomba lari—termasuk triathlon dan ultramaraton 62 mil—sebagai bentuk metafora atas perjuangan menulis dan kehidupan itu sendiri.

Di sela-sela narasi berlari, Murakami juga menyinggung banyak aspek tentang kesunyian, kelelahan, dan pertanyaan mendalam tentang motivasi pribadi: mengapa ia terus menulis, mengapa ia tetap berlari, dan bagaimana semua itu membentuk siapa dirinya.

Dengan sentuhan khasnya yang melankolis namun penuh kejujuran, What I Talk About When I Talk About Running bukan hanya untuk para pelari atau penulis, melainkan untuk siapa saja yang mencari makna dalam rutinitas, perjuangan, dan keterbatasan diri. Ini adalah buku tentang menerima diri sendiri, tentang terus bergerak meskipun lambat, dan tentang bagaimana dalam sunyi langkah kaki, seseorang bisa mendengar isi hatinya sendiri dengan lebih jernih.

Wednesday, July 9, 2025

Mind Body Spirit

Oleh : Bre Redana
Penerbit : Kompas Penerbit Buku, 2013
Tebal : 166



Mind Body Spirit: Aku Bersilat Aku Ada, ditulis oleh Bre Redana dan pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (tahun 2012/2013), buku setebal sekitar 165–180 halaman ini merupakan catatan reflektif penulis setelah bertahun-tahun menekuni silat di Persatuan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, perguruan bela diri yang berpadu dengan seni kebudayaan dan pengasahan kesadaran diri.

Buku ini merangkum pandangan Bre Redana bahwa mind (pikiran), body (tubuh), dan spirit (jiwa) merupakan tiga elemen yang saling terkait dan membentuk kesadaran utuh manusia. 

Melalui latihan silat, seseorang mengenal struktur tubuh dan organ-organ (body), memahami cara otak mengendalikan gerak (mind), dan menciptakan spirit—yakni energi gerak hingga daya cipta—yang menjadikan manusia lebih menyadari eksistensinya dalam kehidupan.

Bre Redana menggambarkan bahwa silat bukan semata pertahanan diri, tetapi praktik untuk membebaskan diri dari keresahan batin seperti kecemasan, egoisme, maupun ketakutan. Gerakan seperti "Bangau Sembilan Bayangan" dan "Tui Cu" tidak hanya mengasah fisik, tetapi juga menjadi media mengolah emosi, membaca diri sendiri, dan mencapai keseimbangan spiritual. 

Melalui silat, penulis menyampaikan bahwa seseorang bisa melatih disiplin, kesabaran, dan hubungan harmonis antara mind, body, dan spirit.

Secara keseluruhan, Mind Body Spirit: Aku Bersilat Aku Ada bukan hanya buku tentang seni bela diri, tetapi ajakan mendalam untuk membangun kesadaran hidup yang lebih utuh melalui sinergi tubuh, pikiran, dan jiwa. 

Buku ini cocok bagi siapa pun yang ingin memahami filosofi hidup yang berpijak pada integritas pribadi dan keselarasan diri dengan lingkungan.

Wednesday, July 2, 2025

Planet Omni

Oleh : Hermawan Kartajaya

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2018

Tebal : 198 halaman

Dalam buku berjudul Planet OMNI: The New Yin Yang of Business (Gramedia Pustaka Utama, 2018), Hermawan Kartajaya bersama Jacky Mussry dan Edwin Hardi mengajak pembaca memahami konsep OMNI sebagai paradigma baru dalam dunia bisnis di era VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambiguous). 

Di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian—dari teknologi disruptif, ketegangan geopolitik, hingga dinamika sosial yang cepat berubah—ulasan konvensional kini tidak lagi cukup. 

OMNI menawarkan pendekatan holistik yang mengombinasikan berbagai elemen yang tampak bertolak belakang: pendekatan digital dan humanistik, lokal dan global, inovasi dan profesionalisme, serta kreatifitas dan produktivitas. Pendekatan yang seimbang inilah yang dianggap sebagai “yin-yang” bisnis modern.

Model OMNI yang diperkenalkan dalam buku ini membagi pendekatan ke dalam dua klaster utama: klaster Entrepreneurial yang mencakup kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kepemimpinan; serta klaster Professionalism yang meliputi produktivitas, peningkatan kualitas, profesionalisme, dan manajemen. 

Keduanya bekerja dalam harmoni untuk menciptakan nilai yang tidak hanya keuangan, tetapi juga humanis dan berkelanjutan—diterjemahkan dalam Omnihouse Model yang memberi panduan menyeluruh bagi organisasi melalui integrasi strategi dan menjalankan operasi sebagai pusat nilai bisnis.

Selain menawarkan kerangka berpikir baru, buku ini juga memberikan tips praktis untuk membangun pola pikir yang tangguh dalam menghadapi turbulensi zaman. 

Penulis menyarankan agar perusahaan tidak terjebak pada satu metode, melainkan fleksibel dan adaptif dalam mencampurkan berbagai pendekatan dengan proporsi yang tepat—apakah itu mengambil templat bisnis lokal-global, memanfaatkan teknologi digital tanpa mengabaikan nilai manusia, serta membangun kemitraan yang berorientasi pada kolaborasi global tanpa kehilangan akar lokal.

Secara keseluruhan, Planet OMNI membekali pembaca—baik pemimpin bisnis maupun pemasar masa kini—dengan wawasan strategis dan praktis untuk membangun organisasi yang adaptif, seimbang, kreatif, sekaligus profesional. Ini adalah panduan penting bagi siapa saja yang ingin unggul di era yang tidak pasti dengan pendekatan integratif dan visioner.

Featured Post

Tuesday With Morrie

Oleh : Mitch Albom Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2006 Tebal : 209 halaman Tuesdays with Morrie adalah sebuah memoar karya Mitch Albom, ...

Related Posts