Wednesday, August 6, 2025

Tuesday With Morrie

Oleh : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2006
Tebal : 209 halaman



Tuesdays with Morrie adalah sebuah memoar karya Mitch Albom, seorang wartawan spesialis bidang olahraga, yang menceritakan ‘kelas terakhir’-nya bersama Morrie Schwartz, dosen pembimbingnya dahulu semasa mengambil kuliah sosiologi di Brandeis University. 

Dahulu, keduanya begitu dekat untuk ukuran mahasiswa dan dosen — sering bertemu informal dan makan siang bersama di sudut-sudut kampus. Mitch pun mengambil seluruh kelas yang diajarkan Morrie dan turut belajar tentang kehidupan darinya. 

Hubungan ini sama sekali menghilang setelah Mitch lulus kuliah dan terbawa arus duniawi — menaiki tangga karir jurnalisme popular yang penuh dinamika.

Dalam kehidupan, kita kerap berpikir bahwa segala sesuatu harus ditata dalam garis lurus: sukses datang dari kerja keras, bahagia berasal dari senyum, kekuatan lahir dari kemenangan. Namun dalam buku Tuesday with Morrie, kita diajak untuk melihat kenyataan yang jauh lebih dalam, lebih jujur, dan kadang menyakitkan—bahwa hidup sering kali justru mengajarkan kita lewat kebalikannya.

Ini yang disebut oleh Morrie Schwartz sebagai Law of Opposite: hukum kehidupan yang menyatakan bahwa kita hanya bisa benar-benar memahami satu hal ketika kita juga mengenali dan mengalami lawannya. 

Kita baru benar-benar tahu makna kebahagiaan ketika kita pernah larut dalam kesedihan. Kita hanya bisa menghargai waktu ketika kita sadar bahwa waktu itu terbatas. Dan kita baru benar-benar hidup, justru ketika kita menerima bahwa kematian adalah bagian dari perjalanan.

Morrie, yang menghabiskan hari-hari terakhirnya berjuang melawan penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), menunjukkan pada kita bahwa tubuh yang lemah tak berarti kehilangan makna hidup. 

Di balik kelemahan fisik yang semakin memburuk, justru muncul kekuatan batin dan kejernihan pikiran yang luar biasa. Dengan jujur ia berkata: “Once you learn how to die, you learn how to live.”

Ungkapan itu bukan tentang menyerah, melainkan tentang kesadaran. Bahwa selama ini kita terlalu sibuk menolak hal-hal yang menyakitkan, tanpa sadar bahwa di situlah pelajaran sesungguhnya berada. 
Kita terlalu takut pada kesedihan, sehingga lupa bahwa air mata bisa membersihkan jiwa. Kita terlalu takut pada kehilangan, sehingga tak sempat mencintai dengan sungguh-sungguh.

Sebagian orang baru benar-benar belajar tentang hidup saat mereka berdiri di tepi kematian. Dan dari situ kita memahami, sebagaimana Morrie berkata, bahwa “Begitu kita ingin tahu bagaimana kita akan mati, berarti kita belajar tentang bagaimana kita harus hidup.” 

Kematian bukan akhir yang menakutkan jika kita sudah menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan kasih. Justru, kesadaran akan kematian adalah guru yang paling jujur tentang bagaimana seharusnya kita hidup.

Dalam pertemuan-pertemuan penuh makna antara Mitch Albom dan gurunya, Morrie Schwartz, kita diajak menyelami nilai-nilai mendasar tentang kehidupan yang sering kali kita lupakan. Salah satunya adalah keikhlasan menerima diri. 

Terimalah apa pun yang sanggup kau kerjakan dan apa yang tak sanggup kau kerjakan. Dunia ini terlalu keras untuk dilawan dengan ego, dan terlalu luas untuk dijelajahi dengan penyesalan terus-menerus. Maka dari itu, pelajarilah seni memaafkan: memaafkan orang lain, dan terlebih dahulu memaafkan diri sendiri.

Masa lalu, bagaimanapun bentuknya, bukanlah musuh. Ia adalah guru yang sudah selesai mengajar. Kita tak perlu menyangkal atau menyingkirkannya, cukup dengan menerimanya sebagai bagian dari perjalanan. Sebab beban hidup bukan hanya soal apa yang kita bawa, tapi juga tentang apa yang belum kita lepaskan.

Dan dari semua pilar yang menopang hidup, Morrie menunjukkan satu yang paling penting dan abadi: keluarga. Di tengah dunia yang mengejar ketenaran dan kekayaan, keluarga adalah satu-satunya pondasi kokoh yang membuat kita tetap waras dan bertahan. 

Keluarga tidak hanya memberi cinta, tapi juga rasa aman spiritual—sebuah perisai batin yang tak bisa digantikan oleh apa pun. Saat seseorang jatuh sakit, yang ia panggil bukanlah nama-nama di dunia kerja atau sorak penonton, melainkan orang-orang yang mencintainya tanpa syarat.

Dalam pernikahan pun kita diuji. Kita tidak hanya hidup bersama orang lain, tapi juga belajar tentang siapa diri kita yang sesungguhnya. Kita belajar tentang batas: mana yang harus disesuaikan, dan mana yang harus tetap dijaga. Pernikahan, seperti hidup, adalah tentang menerima kenyataan, bukan membentuk kenyataan sesuai kemauan ego.

Di akhir hayat, Morrie tidak meninggalkan warisan dalam bentuk properti atau gelar. Ia meninggalkan hikmah. Dan dari hikmah itulah kita paham, bahwa hidup yang bermakna bukan tentang seberapa tinggi kita berdiri, tapi seberapa dalam kita menyentuh hati orang lain. 

Bahwa hidup bukan tentang berapa banyak yang kita raih, tapi berapa banyak yang bisa kita lepaskan dengan tenang.

Hukum kebalikan ini bukan untuk membuat kita menderita, tetapi justru untuk menyeimbangkan kita. Karena hidup bukan tentang mengejar satu sisi dan menghindari sisi lain. Hidup adalah tentang menerima dualitas—terang dan gelap, tawa dan tangis, harapan dan kehilangan—sebagai satu kesatuan.

Dalam percakapannya dengan Mitch, Morrie tidak menawarkan solusi instan atau motivasi kosong. Ia justru menyuguhkan kehadiran, keberanian untuk merasakan, dan kejujuran untuk mengakui bahwa menjadi manusia bukanlah tentang selalu kuat, tetapi tentang tahu kapan kita rapuh, dan tetap memilih untuk berjalan.

Jadi, jika hari ini hidup terasa berat, ingatlah bahwa mungkin kamu sedang berada di sisi kebalikan dari sesuatu yang lebih besar. Dan di situlah ruang belajar terbuka. Karena seperti kata Morrie, “You can't feel truly happy if you've never been truly sad.”

Maka tak usah panik. Biarkan hidup membawamu ke sisi lain yang tak nyaman. Karena di sanalah, sering kali, pelajaran terbaik tersimpan.

Featured Post

Tuesday With Morrie

Oleh : Mitch Albom Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2006 Tebal : 209 halaman Tuesdays with Morrie adalah sebuah memoar karya Mitch Albom, ...

Related Posts